Sabtu 11 Mar 2023 23:23 WIB

Manfaatkan Teknologi Cloud AWS, IFG Life capai Efisiensi Biaya hingga 50 Persen

IFG Life tinggalkan sistem on-premise ke Cloud untuk hadapi persaingan makin ketat

Costumer Care Representative IFG Life melayani nasabah saat pembukaan Customer Center IFG Life. Perusahaan asuransi jiwa, IFG Life mengungkapkan perusahaan mampu mencapai efisiensi biaya sebesar 50 persen, setelah mengadopsi cloud dari Amazon Web Services (AWS). Selama ini perusahaan menggunakan sistem on-premise untuk mengoperasionalkan bisnisnya.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Costumer Care Representative IFG Life melayani nasabah saat pembukaan Customer Center IFG Life. Perusahaan asuransi jiwa, IFG Life mengungkapkan perusahaan mampu mencapai efisiensi biaya sebesar 50 persen, setelah mengadopsi cloud dari Amazon Web Services (AWS). Selama ini perusahaan menggunakan sistem on-premise untuk mengoperasionalkan bisnisnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan asuransi jiwa, IFG Life mengungkapkan perusahaan mampu mencapai efisiensi biaya sebesar 50 persen, setelah mengadopsi cloud dari Amazon Web Services (AWS). Selama ini perusahaan menggunakan sistem on-premise untuk mengoperasionalkan bisnisnya.

Direktur Operasional dan Teknologi Informasi IFG Life, Iskak Hendrawan mengatakan langkah perusahaan meninggalkan sistem on-premise dan beralih ke Cloud merupakan upaya untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dan ekspektasi pelanggan yang semakin tinggi. 

“Kebutuhan konsumen akan pengalaman yang lebih baik dan proses yang lebih efisien semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi dan ekspektasi yang semakin tinggi. Maka itu, IFG Life perlu melakukan inovasi dan modernisasi IT tetap relevan dan bersaing di pasar,” ujarnya dalam keterangan tulis, Jumat (10/3/2023).

Menurutnya perusahaan berupaya melakukan inovasi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi, migrasi ke cloud menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan. Maka itu, perusahaan memperhatikan beberapa faktor kunci yang penting sebelum melakukan migrasi ke cloud mulai dari keamanan, ketersediaan, skalabilitas, dan biaya.

“Sejak menggunakan layanan cloud AWS dari pertengahan 2022, IFG Life dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses bisnis, mengakses berbagai layanan dan alat teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi operasional, seperti server, penyimpanan, dan database,” ucapnya.

Tak hanya itu, perusahaan juga menggunakan AWS untuk meningkatkan pengalaman pelanggan. Melalui inovasi IT, perusahaan dapat menyediakan layanan yang lebih baik dan lebih cepat kepada pelanggan mereka. Misalnya, dengan mengoptimalkan system pengelolaan klaim menggunakan teknologi yang lebih baik, perusahaan dapat mempercepat proses klaim dan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pelanggan mereka.

Iskak mengungkapkan sejumlah solusi dan layanan AWS yang digunakan IFG Life antara lain Amazon Elastic Compute Cloud (EC2), Amazon Simple Storage Service S3, Amazon Elastic Kubernetes Service (EKS), dan Amazon Relational Database Service (RDS). Dalam melakukan migrasi ke cloud, Ia juga memastikan bahwa kami memiliki rencana pemulihan bencana yang baik, termasuk backup data yang teratur dan penyimpanan data yang terdistribusi dengan baik.

“Secara keseluruhan, migrasi ke cloud merupakan langkah yang sangat penting bagi IFG Life dalam menghadapi tantangan bisnis yang semakin kompleks dan meningkatkan kinerja sistem kami,” ucapnya.

Sementara itu, AWS APAC Head of Business Development, Media and Entertainment Shweta Jain,  menambahkan solusi cloud AWS pun berhasil mendukung inovasi industri media dan hiburan. Hal ini seiring melonjaknya pertumbuhan konsumsi OTT, permintaan konsumen akan layanan terpersonalisasi.

Hal ini mendorong organisasi bisnis untuk mencari cara baru guna menghadirkan pengalaman video interaktif yang lebih kaya. Video interaktif memungkinkan pertukaran dua arah dengan pemirsa melalui penawaran seperti tampilan properti 360, obrolan pengguna langsung, dan sistem peringkat.

“Saat ini pelanggan media dan hiburan tengah menghadapi transformasi yang terjadi di seluruh industri, dan banyak perusahaan menanggapinya dengan merumuskan kembali cara mereka membuat konten, mengoptimalkan rantai pasokan media, dan bersaing untuk mendapatkan perhatian audiens seluruh platform streaming, siaran, dan direct to consumer (D2C) atau langsung ke konsumen,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement