Senin 06 Mar 2023 15:59 WIB

Harga Pangan Mahal, Beban Konsumen Kian Berat

Salah satu harga bahan pangan pokok yang masih cukup tinggi ialah beras.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Karyawan menata beras Bulog untuk Retail usai peninjauan penyediaan beras Bulog di Hypermart Puri Indah, Jakarta, Rabu (8/2/2023). Kenaikan harga pangan pokok yang berlangsung lama hingga saat ini dikhawatirkan akan semakin memberatkan konsumen.
Foto: Republika/Prayogi.
Karyawan menata beras Bulog untuk Retail usai peninjauan penyediaan beras Bulog di Hypermart Puri Indah, Jakarta, Rabu (8/2/2023). Kenaikan harga pangan pokok yang berlangsung lama hingga saat ini dikhawatirkan akan semakin memberatkan konsumen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan harga pangan pokok yang berlangsung lama hingga saat ini dikhawatirkan akan semakin memberatkan konsumen. Terlebih sekitar dua pekan ke depan masyarakat akan memasuki bulan Ramadhan di mana permintaan terhadap bahan pangan melonjak dan harga naik signifikan.

Sekretaris Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Agus Suyatno, mengatakan, kenaikan harga menjelang Ramadhan masih dimaklumi karena menandakan kegiatan ekonomi masyarakat sedang tumbuh.

Baca Juga

"Tapi kalau kemudian melambung tidak terkendali dan tidak adil bagi konsumen, ini menjadi preseden adanya kegagalan pengendalian harga bahan pokok bagi konsumen terutama masyarakat kelas bawah," kata Agus kepada Republika.co.id Senin (6/3/2023).

Salah satu harga bahan pangan pokok yang masih cukup tinggi adalah beras. Panel Harga Badan Pangan Nasional (NFA) mencatat rata-rata harga beras medium hingga Senin masih sekitar Rp 11.790 per kg sedang beras premium Rp 13.520 per kg. Tren harga beras baik medium maupun premium tak jauh berbeda dari rata-rata harga pekan lalu.

Selain itu ada minyak goreng yang saat ini masih berkisar Rp 15 ribu per liter untuk minyak goreng curah dan Rp 17 ribu untuk minyak goreng kemasan sederhana.

Agus mengatakan, biasanya pemerintah langsung mengambil jalan pintas lewat operasi pasar ketika terjadi gejolak harga. Namun, yang disayangkan langkah operasi pasar itu dilakukan sekadar memenuhi kewajiban program tanpa ada target manfaat yang jelas dan konkret.

"Itu hanya sebuah program yang dijalankan tanpa pernah memikirkan berapa banyak masyarakat bawah yang mendapatkan manfaat. Begitu operasi pasar dilempar, selesai. Jadi tidak jelas, hanya sekadar program berjalan," ujarnya.

Di lain sisi, pemerintah masih punya kelemahan karena tak punya cadangan pangan yang mencukupi. Hanya beras yang dikelola secara penuh oleh Bulog namun itu pun masih kerap mengalami masalah.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo berharap upaya pengendalian inflasi dengan menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan dilakukan optimal bersama seluruh pemangku kepentingan. Ia pun mengharapkan agar persoalan seperti kelangkaan bahan pangan pokok tidak terulang terlebih menjelang bulan Ramadhan.

Dalam sambutannya pada Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan 2023, Ahad (5/3/2023) Perry menyingung persoalan komoditas beras yang beberapa waktu terakhir seolah menghilang dari pasar. Kemudian diikuti dengan kelangkaan minyak goreng yang berdampak pada kenaikan harga kedua bahan pokok itu.

"Kemarin saja, beras naik di mana-mana. Padahal berasnya ya, ada. Berasnya ada kok tiba-tiba bisa menghilang, lalu minyak goreng. Itu beberapa yang harus kita kendalikan, sebentar lagi kita memasuki bulan Ramadhan dan Idul Fitri," kata Perry seperti dikutip melalui kanal Youtube Bank Indonesia.

Pemerintah diketahui menargetkan laju inflasi secara umum tahun ini sebesar 3,6 persen. Namun, Perry mengatakan, hingga paruh pertama 2023 kemungkinan angka inflasi masih akan tetap di atas lima persen. Penurunan inflasi hingga di bawah empat persen diproyeksi akan dicapai pada paruh kedua tahun ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement