Kamis 02 Mar 2023 08:26 WIB

Pasar Obligasi Dinilai Lebih Kondusif Tahun Ini

Pasar obligasi diproyeksikan akan tetap tumbuh pada tahun ini.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Prospek saham dan obligasi RI (ilustrasi). Pasar obligasi diproyeksikan akan tetap tumbuh pada tahun ini. Kinerja tersebut didukung investor domestik yang semakin besar dan solid serta kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yang positif.
Foto: Republika
Prospek saham dan obligasi RI (ilustrasi). Pasar obligasi diproyeksikan akan tetap tumbuh pada tahun ini. Kinerja tersebut didukung investor domestik yang semakin besar dan solid serta kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yang positif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar obligasi diproyeksikan akan tetap tumbuh pada tahun ini. Kinerja tersebut didukung investor domestik yang semakin besar dan solid serta kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yang positif.

"Untuk 2023, kami melihat iklim pasar obligasi dapat lebih suportif," kata Senior Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Syuhada Arief, dalam risetnya, Rabu (1/3/2023). 

Baca Juga

Syuhada mengakui, kondisi inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga yang agresif memang bukan iklim yang suportif bagi pasar obligasi Indonesia di 2022. Namun di tahun ini, inflasi diperkirakan dapat melandai dan bank sentral tidak lagi menaikkan suku bunga secara agresif.  

Dari sisi fiskal, kondisi Indonesia juga lebih baik dari ekspektasi. Target mengembalikan defisit fiskal ke bawah tiga persen PDB dapat terpenuhi satu tahun lebih cepat dari harapan. 

Efektivitas pengelolaan fiskal negara serta diversifikasi ekspor dari hilirisasi industri juga merupakan hal positif. Dua hal ini dapat menjadi faktor utama potensi meningkatnya peringkat Indonesia dari BBB menjadi BBB+. 

Potensi ini juga terlihat dari spread yield Indonesia terhadap yield US Treasury yang konsisten turun dalam tiga bulan terakhir. Penyusutan spread ini berarti investor asing semakin percaya pada peningkatan kualitas kredit pemerintah Indonesia yang bermuara pada potensi kenaikan rating oleh lembaga pemeringkat utang global.

Dari perspektif makroekonomi, Syuhada melihat pasar obligasi akan lebih kondusif seiring ekspektasi kebijakan moneter global dan domestik sudah mendekati puncaknya. Di sisi lain kondisi pasar saat ini tetap dinamis karena terdapat perbedaan pandangan arah kebijakan moneter The Fed serta data ekonomi yang fluktuatif. 

Menurut Syuhada, pengelolaan portofolio yang lincah menjadi kunci untuk memanfaatkan kondisi pasar. Oleh karena itu, Manulife Aset Manajemen Indonesia akan memperhatikan beberapa faktor untuk membentuk portofolio yang optimal.

Pertama, manajemen durasi. MAMI akan melakukan pengelolaan aktif dengan durasi portofolio yang dinamis. Penentuan durasi portofolio ditentukan dari kondisi pasar terkini terutama dengan pendekatan top-down analysis baik dari global maupun domestic macro backdrop.

Kedua, valuasi relatif. MAMI akan mengalokasikan dana pada obligasi tenor tertentu yang menawarkan spread imbal hasil menarik. Selain itu, MAMI juga akan memilih alokasi pada seri obligasi pemerintah off-the-run yang menawarkan imbal hasil lebih besar dibandingkan on-the-run series namun dengan menjaga risiko likuiditas yang terukur.

Ketiga, MAMI akan mengoptimalisasi potensi imbal hasil pada obligasi korporasi yang memiliki kualitas kredit yang pruden dan terpercaya berdasarkan analisa komprehensif tim analis kredit di Indonesia yang dibantu oleh analis kredit global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement