REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan untuk mewaspadai kenaikan harga jelang Ramadhan 2023. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan BPS melakukan tinjauan khusus mendekati Ramadhan.
“Berdasarkan tren beberapa tahun terakhir ini terlihat bahwa inflasi pada Bulan Ramadhan perlu dikelola dengan mengendalikan harga komoditas yang kemungkinan akan dominan mendorong inflasi,” kata Pudji dalam konferens pers, Rabu (1/3/2022).
Komoditas yang perlu diwaspadai akan terjadi kenaikan harga saat Ramadhan yaitu bahan pokok rumah tangga dan minyak goreng. Begitu juga dengan daging ayam ras dan beberapa komoditas lainnya.
Pudji menjelaskan jika melihat tren Ramadhan pada beberapa tahun sebelumnya, pada 2019 Ramadhan jatuh pada Mei dan tingkat inflasi saat itu adalah sebesar 0,68 persen. “Utamanya didorong oleh kenaikan harga komoditas cabai merah, daging ayam ras, bawang putih, ikan segar, angkutan antar kota, dan telur ayam ras,” jelas Pudji.
Sementara pada Ramadhan 2020 yang jatuh pada April, Pudji mengatakan terjadi inflasi sebesar 0,08 persen. Utamanya inflasi tersebut didorong oleh kenaikan harga komoditas bawang merah, emas perhiasan, gula pasir, bahan bakar rumah tangga, pepaya, dan rokok kretek filter.
Lalu pada Ramadhan 2021 yaitu pada April terjadi inflasi sebesar 0,13 persen. “Ini utamanya didorong oleh kenaikan harga komoditas daging ayam ras, minyak goreng, jeruk, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, dan anggur.
Selanjutnya Ramadhan April 2022, Pudji mengatakan terdapat inflasi sebesar 0,95 persen. Inflasi tersebut utamanya didorong oleh kenaikan harga komoditas minyak goreng, bensin, daging ayam ras, tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, telur, dan ayam ras.