Kamis 16 Feb 2023 17:29 WIB

Ada Faktor Ini, BI Yakin Rupiah Terus Menguat

Penguatan rupiah sejalan dengan prospek ekonomi yang membaik.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan kenaikan suku bunga menjadi 5,75 persen dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan, Kamis (19/1/2023).
Foto: Dok. Republika
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan kenaikan suku bunga menjadi 5,75 persen dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan, Kamis (19/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memproyeksikan nulai tukar rupiah akan terus menguat. Ini sejalan prospek ekonomi yang semakin baik dan fundamental ekonomi yang kuat. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan ada lima faktoryang mendukung penguatan rupiah.

"Pertama rupiah fundamental ekonomi kita baik. Kalau prospek baik, investor luar negeri akan tanam dananya di dalam negeri baik PMA atau portofolio," kata Perry dalam konferensi pers RDG Dewan Gubernur BI Bulanan Februari, Kamis (16/2/2023).

Baca Juga

Faktor kedua yaitu tingkat inflasi di dalam negeri yang lebih rendah. Perry mengatakan jika inflasi rendah maka hal itu akan membuat imbal hasil secara riil lebih menarik.

Perry melanjutkan, faktor ketiga yakni BI dan pemerintah akan menawarkan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tetap menarik. "Ini kami berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan baik untuk jangka panjang enarik dan ukuran jangka pendek," tutur Perry.

Faktor keempat yaitu, Perry menegaskan BI akan terus menstabilkan kurs. Lalu kelima, Perry memproyeksikan ketidakpastian kondisi pasar keuangan global akan mereda.

"Kami tidak katakan (ketidakpastian global) akan hilang tapi ke depannya akan mereda. Pasar keuangan domestik mengalami peningkatan. Investasi portofolio mencatat net inflow sebesar enam miliar dolar AS hingga 14 Februari," jelas Perry.

Dia menambahkan, kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor juga diperkuat dengan pengelolaan devisa hasil ekspor melalui implementasi TD valas DHE sesuai dengan mekanisme pasar. Perry mengatakan, apresiasi nilai tukar rupiah berlanjut sehingga mendukung stabilitas perekonomian. 

"Nilai tukar Rupiah pada 15 Februari 2023 menguat 2,39 persen dibandingkan dengan level akhir Desember 2022. Apresiasi Rupiah tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan apresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya seperti Filipina (0,99 persen), Thailand (0,85 persen), dan Malaysia (0,27 persen)," ungkap Perry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement