REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas merosot tajam ke level terendah sejak awal Januari pada akhir perdagangan Rabu (15/2/2023), berbalik melemah dari keuntungan moderat sesi sebelumnya. Emas tertekan dolar AS yang menguat dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah setelah data ekonomi AS lebih baik dari perkiraan.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, anjlok 20,10 dolar AS atau 1,08 persen menjadi ditutup pada 1.845,30 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan mencapai level tertinggi sesi 1.870,90 dolar AS dan terendah 1.841,50 dolar AS.
Indeks dolar mencapai level tertinggi sejak 6 Januari setelah data penjualan ritel AS yang lebih kuat dari perkiraan dan inflasi sangat tinggi. Indeks yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya naik 0,63 persen.
Data ekonomi yang dirilis pada hari Rabu (15/2/2023) juga mengurangi daya tarik emas. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan ritel AS melonjak 3,0 persen bulan ke bulan pada Januari, kenaikan terbesar sejak Maret 2021 dan jauh di atas perkiraan pasar kenaikan 1,8 persen. Penjualan ritel AS turun 1,1 persen pada Desember.
Indeks kondisi bisnis Empire State Federal Reserve New York, ukuran aktivitas manufaktur di negara bagian, naik 27,1 poin pada Februari menjadi negatif 5,8. Ini adalah rebound dari penurunan 21,7 poin pada Januari.
Indeks National Association of Home Builders NAHB/Wells Fargo Housing Market naik tujuh poin menjadi 42 pada Februari, mencatat kenaikan bulanan terbesar dalam hampir satu dekade di luar rebound dari penguncian COVID-19 musim semi 2020.
Federal Reserve melaporkan bahwa produksi industri AS tidak berubah pada Januari 2023 setelah turun sebesar 1,0 persen yang direvisi pada Desember, meleset dari ekspektasi pasar untuk kenaikan 0,5 persen, memberikan dukungan yang lemah terhadap emas.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 30,1 sen atau 1,38 persen, menjadi ditutup pada 21,572 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April merosot 21,40 dolar AS atau 2,28 persen, menjadi menetap pada 917,80 dolar AS per ounce.