Senin 13 Feb 2023 20:42 WIB

CEO Aramco: EBT Belum Siap Hadapi Permintaan Dunia

Memaksakan rencana transisi akan menyebabkan kerawanan energi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Fuji Pratiwi
Logo perusahaan minyak Saudi Aramco. CEO dan Presiden Saudi Aramco Amin Nasser memperingatkan kebijakan dan tujuan transisi energi menciptakan jalur berbahaya bagi permintaan global, karena tidak dapat memasok seluruh dunia.
Foto: ngoilgasmena.com
Logo perusahaan minyak Saudi Aramco. CEO dan Presiden Saudi Aramco Amin Nasser memperingatkan kebijakan dan tujuan transisi energi menciptakan jalur berbahaya bagi permintaan global, karena tidak dapat memasok seluruh dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- CEO dan Presiden Saudi Aramco Amin Nasser memperingatkan kebijakan dan tujuan transisi energi menciptakan jalur berbahaya bagi permintaan global, karena tidak dapat memasok seluruh dunia.

Selama Forum Pasar Modal Saudi yang diadakan di Riyadh, CEO dan Presiden Saudi Aramco, Amin Nasser, memberikan, pidato yang memperingatkan pasar modal tentang riak yang tercipta dalam pasokan energi global karena rencana transisi energi yang tidak realistis. Nasser menilai narasi transisi energi populer melukiskan gambaran dunia utopis di mana energi alternatif siap menggantikan minyak dan gas dalam semalam. Nasser mengkritisi anggapan sistem energi global yang masif di banyak negara berkembang dapat diubah secara instan.

Baca Juga

"(Energi) Alternatif belum siap memikul beban berat permintaan global. Dari sudut pandang saya, untuk transisi energi global yang tidak terlalu berisiko, setiap orang termasuk pasar modal harus mengambil pandangan yang lebih realistis tentang bagaimana transisi energi akan terungkap," ujar Nasser seperti dilansir dari Arabnews pada Senin (13/2/2023).

Nasser menjelaskan investasi dalam minyak dan gas telah turun drastis karena investasi hulu pada 2022 mencapai 400 miliar dolar AS atau setengah investasi pada 2014. Nasser menilai hal ini terjadi karena tekanan yang disebabkan argumen dan asumsi yang cacat.

"Kita harus khawatir bahwa terus memaksakan rencana transisi energi akan menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan, yang termasuk tetapi tidak terbatas pada, mengorbankan keterjangkauan, menciptakan kerawanan energi, dan membawa kembali orang untuk membakar lebih banyak batu bara dan lebih banyak kotoran hewan. Sesuatu yang sudah terjadi," tambah Nasser.

Nasser menyatakan upaya menemukan keseimbangan yang tepat adalah tantangan utama pasar modal global, dengan membiayai sumber energi baru sambil tetap mendukung energi konvensional dan dekarbonisasi. Nasser menilai ketidakseimbangan saat ini mengarah ke jalan yang berbahaya, karena pasar negara berkembang sudah berjuang dengan biaya energi yang tinggi

Pada 2022, dunia berkomitmen 1,1 triliun dolar AS untuk transisi energi global. Namun, investasi di dua bidang utama, penyimpanan penangkapan karbon dan hidrogen bersih, jumlahnya kurang dari satu persen dari total investasi. 

"Pasar modal memiliki peluang yang jelas untuk secara bersamaan mengatasi trilema keterjangkauan energi, keamanan energi, dan keberlanjutan dengan memulihkan investasi pada sumber energi konvensional yang penting, meningkatkan investasi pada teknologi yang mengurangi jejak karbon minyak dan gas, dan berinvestasi pada sumber energi baru, termasuk energi terbarukan dan hidrogen hijau dan biru," kata Nasser.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement