Kamis 02 Feb 2023 12:43 WIB

KKP dan BUMN Permudah Akses BBM Bersubsidi untuk Nelayan

KKP dan Kementerian BUMN berkomitmen memenuhi kebutuhan BBM untuk nelayan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menandatangani kesepakatan bersama tentang pemenuhan BBM bersubsidi bagi nelayan di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Kamis (2/2/2023).
Foto: Dok.KKP
Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menandatangani kesepakatan bersama tentang pemenuhan BBM bersubsidi bagi nelayan di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Kamis (2/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak usaha PT Pertamina yakni PT Pertamina Patra Niaga berkomitmen memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bagi nelayan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan melalui penandatanganan kesepakatan bersama antara KKP dan Kementerian BUMN bersama Menteri BUMN Erick Thohir di kantor KKP, Jakarta, Kamis (2/2/2023).

"Kami berterima kasih kepada Menteri BUMN Erick Thohir, Dirut Pertamina, PT Pertamina Patra Niaga yang sudah mendukung ketersediaan bahan bakar minyak. Ini yang paling penting," ujar Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono usai penandatanganan kesepakatan bersama.

Baca Juga

Penandatanganan kesepakatan bersama kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP dengan PT Pertamina Patra Niaga tentang Dukungan Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi di Kampung Nelayan dan Pelabuhan Perikanan. Kerja sama ini yang akan memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak dengan harga terjangkau di lokasi-lokasi yang disepakati.

Trenggono mengatakan, kebutuhan bahan bakar nelayan mencapai 3,4 juta kiloliter per tahunnya. Untuk memastikan distribusi tepat sasaran dan tidak terjadi pemborosan, penyaluran BBM akan dilakukan pada enam zona penangkapan di Indonesia.

"Yang pasti kita sudah membuat zona, ada zona 1 sampai 6. Ini kita klaster dengan zona tadi, dan pelabuhannya sudah kita tentukan. Ini tentu memudahkan pendataan dan distribusi. Fokus bisa di tempat-tempat tadi, sehingga tidak terjadi pemborosan. Klaster bisa mengontrol pendistribusian," ucap Trenggono.

Trenggono menilai sinergi KKP dan Kementerian BUMN langkah awal mendorong produktivitas para nelayan di Indonesia, sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. KKP memiliki lima program Ekonomi Biru yang dapat juga disinergikan dengan lini usaha BUMN lainnya. 

Lima kebijakan Ekonomi Biru meliputi perluasan target kawasan konservasi perairan, penerapan kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota, pembangunan perikanan budidaya ramah lingkungan, pengelolaan berkelanjutan pesisir dan pulau-pulau kecil, serta penangangan sampah plastik di laut melalui Program Bulan Cinta Laut.

"Yang pasti potensi ekonomi sektor kelautan dan perikanan ini harus dieksplore secara berkelanjutan. Kementerian BUMN memiliki jajaran usaha yang bisa menggarap sektor ini. Sekarang ini pertumbuhan kita cukup bagus, dan mudah-mudahan bisa kita tingkatkan. Kami di KKP siapkan infrastruktur yang ada seperti kebijakan, regulasi," kata Trenggono. 

Menteri BUMN Erick Thohir juga menyebut potensi kerja sama lainnya masih terbuka lebar. Sinergi Kementerian BUMN dengan KKP merupakan bagian dari mendorong pertumbuhan industrialisasi pangan di Indonesia.

"Hari ini baru satu, bagaimana memastikan kesediaan BBM untuk nelayan, belum bicara budi daya, cold storage. Ini baru pilot project di bawah payung empat diskusi kesepakatan Pak Menteri (Menteri KP) dan saya. Kami selalu menjadi pendukung bagi kementerian dan kami harus memaksimalkan potensi industrialisasi pangan kita terutama hari ini di laut agar mencapai hasil maksimal," ujar Erick. 

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mendukung kebutuhan BBM bersubsidi bagi nelayan akan dilakukan penambahan minimal 30 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) di titik-titik yang disepakati bersama KKP. Saat ini, terdapat 387 SPBN yang tersebar di berbagai daerah Indonesia. Nicke menyampaikan, sinkronisasi data antara pihaknya, koperasi nelayan, serta KKP juga terus dilakukan untuk memastikan penyaluran BBM bersubsidi bagi nelayan terpenuhi dan tepat sasaran.

"Jadi ada tiga hal yang kami akan pastikan untuk kebutuhan BBM bagi nelayan. Pertama adalah ketersediaan. Dari angka tadi yang dibutuhkan sudah masuk dalam kuota 2023. Yang kedua adalah aksesibilitas, ini yang hari ini kita koordinasikan. Serta harga sesuai dan sama di seluruh Indonesia. Dengan digitalisasi kita pastikan subsidi lebih tepat sasaran," kata Nicke.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement