REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) angkat bicara soal dugaan adanya mafia beras yang menyebabkan harga beras tak kunjung turun. Ketua Koperasi Pedagang PIBC, Zulkifli Rasyid, mengatakan, seluruh pedagang bisa saja disebut sebagai mafia. Namun, ia menekankan, pihak yang disebut sebagai mafia tentu pelaku usaha besar yang bisa bergerak luas mempengaruhi pasar.
"Setidaknya dia punya gudang dan modal besar. Itulah yang bisa dikatakan mafia. Kalau kami, pedagang-pedagang kecil bagaiamana mau disebut mafia?" kata Zulkifli kepada Republika.co.id, Selasa (1/2/2023).
Ditanya soal kemungkinan pihak yang bermain, Zulkifli tidak mengetahui. Sebab, isu mafia beras diembuskan pertama kali oleh Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, medio Januari lalu.
Lagipula pedagang di pasar induk Cipinang umumnya hanya menerima barang dan menjual barang sesuai pasokan yang diterima.
"Yang jelas, yang bilang mafia Pak Dirut Bulog, dia yang tahu. Kami-kami ini bagaimana mau tahu mafia itu. Kalau kami di pasar ada barang kami jual, kalau dikatakan mafia, kami tidak tahu," katanya.
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso menyerahkan penyelidikan dugaan adanya mafia beras ke Satgas Pangan. Pihaknya meyakini Satgas Pangan bisa memberantas mafia beras yang diduga membuat harga beras tak kunjung turun.
"Sudah ada tanggung jawab dari Satgas Pangan. Belia bekerja akan terus mengikuti dan saya yakin bisa ditangani. Tunggu Satgas," katanya Buwas, sapaan akrabnya, usai mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPR, Selasa (31/2/2023).
Ia menuturkan, dugaan adanya mafia beras juga direspons langsung oleh Presiden Joko Widodo. Buwas mengatakan, presiden juga telah meminta untuk dilakukan pengawasan dan tidak dilepas begitu saja.
Pasalnya, jika tidak diawasi secara ketat, beras Bulog yang dijual dengan harga murah bisa hilang dari pasaran. Ia pun meminta pihak food station bersama awak media untuk ikut mengawasi kondisi perberasan saat ini.