REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Keyakinan Industri (IKI) periode Januari 2023 oleh Kementerian Perindustrian mencatat sebanyak 62,3 persen industri mengaku optimistis terhadap kondisi usaha dalam enam bulan ke depan periode Februari-Juli. Selain itu, ada 24,1 persen industri menilai kondisi usaha akan stabil untuk satu semester ini.
IKI menjadi indikator resmi dari pemerintah untuk mengukur derajat optimisme sektor industri manufaktur terhadap perekonomian. Adapun sampel diambil dari 5.416 industri besar, menengah, dan kecil yang terdiri dari 23 subsektor.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, menyampaikan, dari survei tersebut, hanya angka optimisme itu meningkat dari bulan lalu yang hanya 24,1 persen, begitu pula yang menyatakan stabil naik dari 60,5 persen.
Sedangkan, industri yang menjawab pesimis pada Januari 2023 hanya 13,6 persen atau menurun dari bulan sebelumnya sekitar 15,3 persen.
"Optimisme ini karena ada kebijakan pemerintah pusat yang lebih baik, seiring optimisme yang meningkat, persentase yang pesimis mengalami penurunan," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Adapun, sepanjang Januari 2023, indeks mencatat sebesar 51,54 poin atau mengalami kenaikan dari indeks Desember 50,9 poin. "Jika nilainya 0 sampai 100 dia status kontraksi, 50 dia stabil dan kalau 50 sampai 100 dia ekspansif sehingga IKI pada Januari berada di level ekspansif," katanya menambahkan.
Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate), M Arifin, menuturkan, kendati isu resesi di tahun ini cukup marak. Nyatanya IKI mengalami kenaikan.
"Ini merupakan langkah awal yang baik untuk industri manufaktur di Indonesia," ujarnya.
Dari subsektor Ilmate, Arifin menyebut, industri yang menunjukkan adanya peningkatan seperti industri logam dasar, peralatan mesin, komputer, otomotif, hingga alat angkut. Rata-rata mengalami ekspansi karena adanya peningkatan produksi. Itu terjadi karena ada optimisme terhadap kondisi perekonomian nasional.