Selasa 31 Jan 2023 00:56 WIB

Pelindo Bidik Pengapalan Langsung ke Beberapa Negara, Termasuk India

Pelindo bidik India karena dianggap sebagai pintu gerbang Asia Selatan

Pelindo 1 terus berupaya meningkatkan pelayanan jasa kepelabuhanan kepada pengguna jasanya, dengan meningkatkan standar kinerja pelayanan operasional pelabuhan. Upaya tersebut dilakukan di seluruh cabang pelabuhan yang dikelolanya termasuk di Pelabuhan Belawan, Terminal Petikemas Belawan (TPK Belawan) dan Kuala Tanjung Multipurpose Terminal (KTMT).
Foto: istimewa
Pelindo 1 terus berupaya meningkatkan pelayanan jasa kepelabuhanan kepada pengguna jasanya, dengan meningkatkan standar kinerja pelayanan operasional pelabuhan. Upaya tersebut dilakukan di seluruh cabang pelabuhan yang dikelolanya termasuk di Pelabuhan Belawan, Terminal Petikemas Belawan (TPK Belawan) dan Kuala Tanjung Multipurpose Terminal (KTMT).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pelabuhan Indonesia Persero (Pelindo) bersama konsorsium INA (Indonesia Investment Authority) tengah merancang pengapalan langsung (direct call) dari Pelabuhan Belawan ke sejumlah negara, secara bertahap. Salah satu negara yang sedang dibidik yakni India. 

India dipilih sebagai salah satu tujuan prioritas karena potensinya yang besar, dan posisinya yang strategis sebagai pintu gerbang Asia Selatan. Selama ini, nilai dan volume perdagangan antara Indonesia dan India juga terus meningkat.

Data perdagangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN Comtrade) mencatat, nilai perdagangan kedua negara pada 2016 hanya 16,92 miliar dolar AS. Lima tahun kemudian, pada 2021, nilainya naik hampir 25 persen menjadi 20,96 miliar dolar AS. Diperkirakan, jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi kedua negara.

Dari India, Indonesia banyak mendatangkan kendaraan bermotor, peralatan telekomunikasi, bahan bakar, daging kerbau, serta pakan ternak. Sebaliknya, Indonesia banyak mengekspor batu bara (nilainya mencapai 4,3 miliar dolar AS pada 2021), produk kelapa sawit (3,4 miliar dolar AS), besi dan baja (1 miliar dolar AS), bahan kimia (575 juta dolar AS), serta karet (331 juta dolar AS).

Sebagian dari komoditas ekspor ke India ini dikapalkan dari Sumatra yang dikenal sebagai penghasil komoditas perkebunan melalui Pelabuhan Belawan (Sumatra Utara), Pelabuhan Perawang (Riau), dan sejumlah pelabuhan milik swasta di sepanjang Sungai Siak, Riau. 

Sayangnya, pengangkutan komoditas ekspor selama ini tak bisa dikapalkan langsung menuju negara tujuan. Peti kemas dari Riau harus dikirim dulu ke Belawan. Maka selanjutnya dari Belawan musti mampir dulu ke pelabuhan transit di luar negeri, digabungkan dengan peti kemas lain.

Akibatnya, para eksportir musti menanggung biaya sea freight yang mahal dan waktu tempuh lebih lama. Selain itu, negara harus menghabiskan banyak devisa karena sebagian besar jasa pengapalan dibayar dalam mata uang asing.

“Pelayaran direct call akan menjadi salah satu ikhtiar penting untuk meningkatkan daya saing eksportir, sekaligus menghemat devisa,” kata, Stafsus III Kementerian BUMN, Arya Sinulingga, Senin (30/1/2023).

Pelabuhan Belawan berpeluang besar memberikan layanan direct call terlebih dengan digandengnya DP World oleh INA sebagai mitra strategis dalam Konsorsium INA, Agustus 2022. DP World merupakan operator global yang memiliki jaringan dengan shipping line dan 60 pelabuhan internasional yang tersebar lima benua.

Selain menggandeng mitra global, Belawan bakal dikembangkan melalui optimalisasi infrastruktur, peningkatan kinerja, dan penerapan sistem IT yang terintegrasi. Diharapkan, kinerja bongkar muat Pelabuhan Belawan akan meningkat dan waktu sandar kapal (port stay) dapat berkurang. Maka demikian, Belawan dapat masuk ke dalam jaringan ekosistem logistik global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement