Senin 30 Jan 2023 16:14 WIB

15,2 Juta Peserta BPJS Manfaatkan Layanan Skrining

Skrining dilakukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Petugas BPJS Kesehatan melakukan sosialisasi aplikasi Mobile JKN kepada warga di perkampungan Suku Bajau, Tilamuta, Kabupaten Boalemo, Gorontalo, Selasa (31/8/2021). Direktur Utama BPJS Kesehatan Ghufron Mukti mengatakan, BPJS Kesehatan terus melakukan program promotif preventif, termasuk melalui skrining kesehatan.
Foto:

Ghufron mengatakan, keuangan BPJS Kesehatan yang bersumber dari pendanaan gotong royong peserta pada 2022 telah meningkat Rp 144 triliun dari rata-rata per tahun Rp 40,7 triliun pada tahun sebelumnya.

"Jadi memang sangat besar (keuangan BPJS Kesehatan) kalau dibandingkan kementerian lain, ini bisa melebihi dan jadi persoalan tersendiri, karena ini dana milik peserta," katanya.

Diketahui, kepesertaan JKN melonjak pesat dari 133,4 juta jiwa pada tahun 2014 menjadi 248,7 juta jiwa pada 2022. Artinya, saat ini lebih dari 90 persen penduduk Indonesia telah terjamin Program JKN.

Khusus untuk peserta JKN dari segmen non Penerima Bantuan Iuran (PBI), yang mencakup Pekerja Penerima Upah (PPU), Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU), dan Bukan Pekerja, pada tahun 2014 berjumlah 38,2 juta jiwa. Tahun 2022, angka tersebut naik tajam menjadi 96,9 juta jiwa.

Dalam kurun waktu hampir 10 tahun, penerimaan iuran JKN juga mengalami peningkatan menjadi lebih dari Rp 100 triliun, dari tahun 2014 sebesar Rp 40,7 triliun menjadi Rp 144 triliun pada tahun 2022 (unaudited).

Jumlah pemanfaat layanan juga terus menerus meningkat. Pada 2014 hanya 92,3 juta pengguna, pada 2021 meningkat 392 juta pengguna, dan 2022 meningkat 502 juta lebih pengguna layanan BPJS Kesehatan.

"Ini setara dengan sehari lebih dari 1 juta pemanfaatan layanan BPJS Kesehatan," katanya.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Kesehatan RI Kunta Wibawa Dasanugraha mengatakan layanan BPJS Kesehatan saat ini relatif lebih terjangkau untuk diakses masyarakat. "Saya ingat dulu, bagaimana orang dulunya sangat susah atau sangat takut ke rumah sakit, karena siapapun dia, mau miskin atau setengah kaya, cenderung akan jatuh miskin karena harus menjalani perawatan," katanya.

Semangat gotong royong dari peserta BPJS Kesehatan untuk mendanai perawatan, kata Kunta, berhasil mendobrak peningkatan permintaan masyarakat terhadap layanan kesehatan. Menurut Kunta, peningkatan permintaan perlu didukung dengan pasokan layanan yang optimal, yang sejalan dengan Program Transformasi Kesehatan.

Salah satunya pada pilar transformasi layanan rujukan dengan memperkuat layanan kesehatan pada proses krining penyakit. "Empat hal yang akan kami berikan dukungan utama, yakni kanker, ginjal, jantung, dan stroke," katanya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement