Kamis 26 Jan 2023 14:42 WIB

Holding Farmasi Serius Garap Pasar Alkes Tulang dan Gigi 

Angka kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja masih cukup tinggi di Indonesia.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Logo Phapros. PT Phapros Tbk melihat kebutuhan masyarakat akan operasi implantasi pada tulang dan gigi akibat kecelakaan cukup tinggi.
Foto: dok PT Phapros
Logo Phapros. PT Phapros Tbk melihat kebutuhan masyarakat akan operasi implantasi pada tulang dan gigi akibat kecelakaan cukup tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja masih cukup tinggi di Indonesia yakni mencapai 265.344 kasus kecelakaan kerja pada 2022 atau naik dibandingkan 2021 yang sebanyak 234.370 kasus. Sementara pada kecelakaan lalu lintas jelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022, terjadi peningkatan 11 persen dibandingkan libur Nataru 2019 sebelum pandemi Covid 19.

Salah satu anggota holding BUMN Farmasi, PT Phapros Tbk melihat kebutuhan masyarakat akan operasi implantasi pada tulang dan gigi akibat kecelakaan cukup tinggi. Direktur Utama Phapros Hadi Kardoko mengatakan, perusahaan publik dengan kode emiten PEHA tersebut akan meluncurkan alat kesehatan (alkes) tulang dan gigi berupa bone filler yang merupakan kolaborasi bersama Universitas Airlangga dan RSUD dr Soetomo, Surabaya, pada tahun ini. 

Baca Juga

"Alkes tulang dan gigi memiliki pasar yang cukup besar di Indonesia sehingga perusahaan menjadikannya sebagai bagian perencanaan produksi 2023," ujar Hadi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (26/1/2023).

Hadi menyampaikan perusahaan akan fokus pada inovasi produk berbasis riset yang dibutuhkan masyarakat. Menurutnya, kebutuhan bone filler tidak saja untuk korban kecelakaan patah tulang dan gigi, tapi juga pada masyarakat usia senja yang membutuhkan rekonstruksi persendian seperti penggantian panggul dan lutut.

"Banyak faktor yang menyebabkan kerusakan pada tulang dan gigi. Selain karena kecelakaan, ada juga karena penyakit berat seperti tumor dan juga osteoporosis yang menjadi penyebab utama fraktur tulang. Phapros mencoba hadir dengan material sintetik untuk implantasi yang bisa menggantikan peran bagian tulang yang telah hilang," ucap Hadi.

Hadi menilai hilirisasi riset dilakukan dengan proses transfer teknologi pada fasilitas produksi milik Phapros. Hadi menargetkan akses tersebut sudah dapat dipasarkan paling lambat akhir tahun ini. 

"Apalagi ini merupakan bone filler pertama buatan dalam negeri, produk kompetitor yang ada saat ini masih impor," kata Hadi.

Pengamat Pemasaran Strategis dari BINUS Business School Asnan Furinto mengatakan kesadaran masyarakat, khususnya korban maupun keluarga korban kecelakaan terhadap kebutuhan implantasi tulang cukup tinggi. Mereka ingin hidup kembali normal setelah mengalami kejadian yang mempengaruhi kondisi fisik mereka.

"Produk bone filler buatan lokal untuk membantu implantasi cukup berpotensi memiliki market share yang besar di Indonesia, karena rata-rata produk yang sudah dipasarkan adalah impor dan ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk menggunakan produk lokal, khususnya di industri kesehatan," ujar Asnan.

Berdasarkan data Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI), Asnan menyebut, pasar alat kesehatan di Indonesia sangat menggiurkan yakni mencapai 2,2 juta dolar AS per tahun dengan jumlah potensi tersebar di sekitar tiga ribu rumah sakit serta sembilan ribu puskesmas dan klinik swasta di seluruh Indonesia. 

Asnan meyakini pasar alkes di Asia Tenggara semakin tumbuh pasca pandemi dan akibat dari transformasi digital selama lima tahun terakhir. Oleh karena itu, Indonesia berpeluang menjadi pemasok kebutuhan alat kesehatan ke negara-negara Asia Tenggara melalui transformasi sistem kesehatan, penetrasi digitalisasi serta bioteknologi. 

"Secara historis, Indonesia sudah sejak lama mampu membuat alat-alat kesehatan berstandar internasional dan mengekspornya ke pasar global," sambung Asnan.

Asnan memaparkan, data Kemenkes, dari 2015 hingga 2021, jumlah perusahaan yang memproduksi alkes meningkat dari 193 menjadi 891 perusahaan. Dalam lima tahun terakhir, industri perangkat medis dalam negeri mengalami pertumbuhan sebesar 361,66 persen.

"Potensi pasar salah satu indikator penting bagi investor dalam membeli saham sebuah perusahaan. Jika investor percaya perusahaan punya pasar yang akan tumbuh di masa depan, walaupun saat ini mungkin belum besar ukuran pasarnya, maka nilai saham perusahaan tersebut akan naik," kata Asnan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement