Jumat 20 Jan 2023 09:53 WIB

Ini Pilihan Saham Berpotensi Cuan Saat Harga Emas Melesat

Pelaku pasar menilai emas sebagai aset safe haven di tengah kekhawatiran resesi.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja membersihkan dinding dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (28/4/2022) (ilustrasi). Momentum kenaikan harga emas berdampak positif bagi emiten di sektor emas, seperti MDKA dan ANTM.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Pekerja membersihkan dinding dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (28/4/2022) (ilustrasi). Momentum kenaikan harga emas berdampak positif bagi emiten di sektor emas, seperti MDKA dan ANTM.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga komoditas emas telah mengalami peningkatan sejak awal November 2022, hingga pada 18 Januari 2023 berada di level 1.900 dolar AS per troy ons. Peningkatan harga emas sejalan dengan penurunan dolar AS usai The Fed menurunkan persentase kenaikan suku bunga menjadi 50 bps pada Desember 2022.

Sebelumnya, pada November 2022, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 bps dalam empat pertemuan beruntun sejak inflasi AS mencapai puncaknya pada Juni 2022 sebesar 9,1 persen YoY. Pada periode ini, mata uang dolar AS mengalami penguatan terhadap mata uang negara lain dan dinilai sebagai aset safe haven

Baca Juga

"Menimbang dolar AS yang mulai bergerak turun, pelaku pasar menilai emas sebagai aset safe haven di tengah kekhawatiran resesi yang terjadi secara global, khususnya di negara maju. Hal ini tecermin dari aksi bank sentral di beberapa negara melakukan aksi akumulasi emas sebagai cadangan devisanya," kata Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, Jumat (20/1/2023).

Berdasarkan data World Gold Council, pada November 2022 bank sentral secara global mengakumulasi 50 ton emas atau meningkat 47 persen MoM. Pada periode tersebut, Bank Sentral China (PBoC) menghimpun 32 ton emas. Sementara itu, bank sentral telah memupuk hampir 400 ton emas pada kuartal III 2022 atau meningkat 115 persen QoQ. Perolehan tersebut membawa total pembelian emas per September 2022 mencapai 673 ton, sekaligus menjadi yang tertinggi sejak 1967. 

Menguatnya permintaan komoditas emas sejalan dengan harganya yang terakselerasi. Momentum tersebut berdampak positif bagi emiten di sektor emas, seperti MDKA dan ANTM. 

Pada kinerja per September 2022, segmen emas berkontribusi sebesar 66,8 persen dari total pendapatan ANTM. Begitupun MDKA, sebagai produsen emas dengan total produksi sebesar 107.168 ons emas hingga per September 2022. 

Ratih melihat pada 2023, kenaikan komoditas emas masih menarik, selain dari permintaannya yang menguat akibat ketidakpastian ekonomi global di tengah potensi pelemahan ekonomi. 

"Secara historis setelah terjadi krisis ekonomi, harga emas mengalami penguatan. Misalnya, krisis Dotcom bubble pada 2000-2021 dan krisis subprime mortgage pada 2007-2008," kata Ratih.  

Ratih memberikan ide perdagangan yang bisa digunakan saat hendak bertransaksi saham MDKA dan ANTM. (Buy) MDKA di area Rp 4.830 dengan target harga pada resistance di level Rp 5.150 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp 4.570.

(Speculative Buy) ANTM di area Rp 2.270-Rp 2.250 dengan target harga pada resistance di level Rp 2.440 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp 2.180.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement