REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan, Net Zero Emission (NZE) hanya bisa dicapai melalui kemajuan teknologi, mendorong inovasi, dan perbaikan secara konstan.
"Lebih dari itu, transisi energi juga butuh komitmen kuat," tegas Menteri ESDM pada sesi panel di Paviliun Indonesia yang digelar di Davos, Swiss dalam World Economic Forum (WEF) 2023.
Dalam hal kemajuan teknologi, Arifin mencontohkan, teknologi canggih dibutuhkan untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan. Ia mencontohkan yakni sistem teknologi penyimpanan yang berkembang pesat di sektor pembangkit tenaga listrik dan transportasi.
Lebih lanjut, Arifin menyampaikan, dalam peta jalan NZE Indonesia, lebih dari 56 Giga Watt (GW) Battery Energy Storage System (BESS) dan ratusan juta kendaraan listrik akan beroperasi tahun 2060.
"Ini membuka ruang yang sangat besar dan potensial untuk investasi. Dibutuhkan lebih dari 40 miliar dolar AS pendanaan untuk program ini," ujar Arifin di depan hadirin dari berbagai perusahaan global dan nasional yang mengikuti sesi ini.
Contoh lainnya adalah teknologi solar PV bisa meningkatkan efisiensi untuk memproduksi keluaran tenaga yang lebih besar. "Kami merencanakan membangun 420 GW solar PV yang akan terpasang pada 2060 dengan kebutuhan investasi tak kurang dari 160 miliar dolar AS," ucap Arifin.
Arifin mengakui, perjalanan Indonesia mencapai target NZE membutuhkan biaya yang tidak sedikit. "Butuh dana investasi yang sangat besar. Lebih dari 1 triliun dolar AS sampai 2060. Kebutuhan dana makin besar saat pembangkit listrik tenaga batu bara dihentikan lebih cepat dan digantikan dengan listrik EBT," ujarnya.