Kamis 19 Jan 2023 06:17 WIB

Harga Emas Jatuh di Tengah Melambatnya Inflasi AS

Indeks harga produsen AS untuk permintaan akhir turun 0,5 persen pada Desember.

Warga AS berbelanja di sebuah supermarket di Miami Utara, Florida, Amerika Serikat. Indeks harga produsen AS untuk permintaan akhir turun 0,5 persen pada Desember.
Foto: AP Photo/Marta Lavandier
Warga AS berbelanja di sebuah supermarket di Miami Utara, Florida, Amerika Serikat. Indeks harga produsen AS untuk permintaan akhir turun 0,5 persen pada Desember.

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas merosot pada akhir perdagangan Rabu (18/1/2023), memperpanjang kerugian untuk hari kedua berturut-turut karena berlanjutnya aksi ambil untung di tengah melambatnya inflasi AS. Pada sesi sebelumnya, emas mencapai level tertinggi lebih dari delapan bulan di sesi sebelumnya.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, jatuh 2,90 dolar AS atau 0,15 persen menjadi ditutup pada 1.907,00 dolar AS per ounce, setelah mencapai tertinggi sesi di 1.929,80 dolar AS, tidak jauh dari puncak sehari sebelumnya di 1.931,80 dolar AS. Emas berjangka anjlok 11,80 dolar AS atau 0,60 persen menjadi 1.909,90 dolar AS pada Selasa (17/1/2023).

Baca Juga

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Rabu (18/1/2023) bahwa indeks harga produsen (IHP) AS untuk permintaan akhir turun 0,5 persen pada Desember setelah naik 0,2 persen pada November. Para ekonom memperkirakan IHP turun 0,1 persen bulan ke bulan.

Departemen Perdagangan AS melaporkan pada Rabu bahwa penjualan ritel AS turun 1,1 persen pada Desember, dibandingkan dengan perkiraan penurunan 1,0 persen. "Harga emas melemah tetapi masih bertahan di level 1.900 dolar AS," kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA.

"Akhir dari pengetatan Fed mendekati kita, tetapi resesi yang dangkal mungkin tidak mendukung aliran masuk untuk emas karena hal itu dapat menyebabkan dolar yang lebih kuat. Reli emas sepertinya akan berhenti di sini, tetapi dapat dilanjutkan jika imbal hasil terus menurun."

Data menunjukkan bahwa inflasi AS melambat, meningkatkan ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve tidak mungkin mengadopsi kebijakan moneter hawkish dalam menghadapi ekonomi yang lemah. Namun demikian, dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal pada Rabu, Presiden Fed St Louis James Bullard mengatakan preferensinya sendiri adalah agar Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya ke kisaran 5,25 persen hingga 5,5 persen tahun ini.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 42,1 sen atau 1,75 persen, menjadi ditutup pada 23,647 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 3,2 dolar AS atau 0,31 persen, menjadi menetap pada 1.043,7 dolar AS per ounce.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement