REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Doktor bidang Ilmu Administrasi, Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) Yana Ernawan menyatakan, implementasi Internet of Things (IoT) dalam rantai pasok menjadi kunci pendorong kemajuan perusahaan industri ritel.
"Penerapan IoT dalam integrasi proses rantai pasok (SCPI) akan berimplikasi pada pembangunan kapabilitas rantai pasok atau Supply Chain Capability (SCC), yang selanjutnya berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan," kata Yana di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Rabu (18/1/2023).
Menurut dia, Teknologi Informasi Komunikasi (TIK), dalam hal ini IoT, merupakan faktor pendorong (enabler) peningkatan keunggulan kompetitif bisnis ritel. Implementasi IoT, lanjutnya, akan meningkatkan kinerja perusahaan ritel melalui peningkatan kapabilitas rantai pasoknya dalam memenuhi permintaan dan pengalaman pelanggan pada produk dan layanan yang lebih inovatif.
"Di era Industri 4.0, industri ritel memang telah memasuki ekosistem bisnis yang berubah dibandingkan masa-masa sebelumnya. TIK di era digital memiliki implikasi besar pada rantai nilai industri ritel karena dapat mengubah cara produk dirancang, dibuat, dan dikirim ke pelanggan," ujar Yana.
Yana menyatakan hal tersebut hasil dari disertasinya berjudul Pengaruh Kapabilitas IoT dalam Integrasi Proses dan Kapabilitas Rantai Pasok Terhadap Kinerja Perusahaan Ritel. Yana menjelaskan, industri ritel berperan penting dalam perekonomian masyarakat.
Tidak ada perekonomian di dunia ini yang dapat bergerak tanpa aktivitas ritel. Namun, akibat pandemi Covid-19 yang mulai, dilaporkan sejak akhir 2019 di China, kata dia, pertumbuhan industri ritel global melambat dan anjlok hingga minus 2,8 persen pada 2020.
Menurut Yana, hal tersebut akibat dari keengganan konsumen berbelanja lebih banyak di tengah pandemi dan ketidakpastian ekonomi. Namun pada 2021,dilaporkan bahwa kinerja perusahaan industri ritel global kembali mengalami peningkatan 12,1 persen, walaupun pertumbuhan tersebut diperkirakan akan melambat kembali hingga 3,4 persen pada 2026.
"Fenomena global tersebut berimbas ke Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja sektor grosir dan eceran menurun drastis hingga minus 8,32 poin pada 2020 dibandingkan 2019," kata Yana.
Berkat penelitian disertasinya, Yana meraih gelar doktor di bidang Ilmu Administrasi. Ia merupakan lulusan ke-212 di bidang Ilmu Administrasi dan doktor ke-24 di FIA UI.