REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan fragmentasi ekonomi global setelah peningkatan integrasi selama bertahun-tahun dapat mengurangi keluaran (output) ekonomi dunia sampai tujuh persen. Berdasarkan laporan terbarunya, IMF mengatakan bila teknologi juga dipisahkan maka beberapa negara dapat mengalami kerugian antara delapan sampai 12 persen.
IMF mengatakan fragmentasi terbatas dapat memangkas sekitar 0,2 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Namun, masih banyak hal yang perlu dilakukan untuk memperkirakan kerugian pada sistem moneter internasional dan sistem jaringan keamanan keuangan global (GFSN).
IMF mencatat aliran barang dan modal dunia mulai berkurang sejak krisis keuangan global 2008 dan 2009. Beberapa tahun terakhir pembatasan-pembatasan perdagangan juga semakin marak.
"Pandemi Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina semakin menguji hubungan internasional dan meningkatkan skeptisisme pada manfaat globalisasi," kata laporan staf IMF yang dirilis Ahad (15/1/2023) malam.
Dalam laporannya, IMF mengatakan memperdalam hubungan perdagangan akan mengurangi kemiskinan global selama bertahun-tahun. Sekaligus menguntungkan konsumen berpenghasilan rendah di negara maju melalui harga yang lebih murah.
"(Mengurangi hubungan perdagangan) akan berdampak besar pada negara-negara pendapatan rendah dan konsumen yang kurang mampu di negara maju," kata IMF.
Pembatasan imigrasi lintas batas akan menghilangkan tenaga terampil yang berharga sekaligus mengurangi devisa bagi negara yang mengirimkan tenaga kerja. Berkurangnya aliran modal akan mengurangi investasi asing langsung dan menurunnya kerja sama internasional menimbulkan resiko terhadap penyediaan barang publik yang vital.
IMF mengatakan, penelitian yang ada menunjukkan semakin dalam fragmentasi, semakin dalam kerugiannya. Teknologi menjadi sektor paling dirugikan dalam fragmentasi ekonomi.
IMF mencatat negara-negara berkembang dan pendapatan rendah yang paling berisiko dalam bergeraknya ekonomi dunia ke "finansial yang lebih teregionalisasi" dan sistem pembayaran yang terfragmentasi. "Dengan pembagian risiko internasional yang lebih sedikit (fragmentasi ekonomi dunia) dapat mendorong volatilitas makroekonomi lebih tinggi dan tekanan yang lebih berat pada penyangga nasional," kata IMF.
Fragmentasi ekonomi juga memperlemah kemampuan masyarakat global membantu negara-negara yang mengalami krisis. Serta mempersulit mengatasi krisis utang luar negeri di masa depan.