Jumat 13 Jan 2023 12:54 WIB

Pengetatan Moneter The Fed Diproyeksikan tak Lagi Agresif

Pergerakan indeks dolar yang mulai turun ke level 102,3 atau melemah 9,7 persen.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Gedung Federal Reserve di AS
Foto: Reuters/VOA
Gedung Federal Reserve di AS

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amerika Serikat (AS) mengalami perlambatan inflasi pada Desember 2022. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, turunnya inflasi AS akan memengaruhi berbagai variabel ekonomi global.

Salah satunya yang akan terpengaruh adalah kebijakan yang akan diambil The Fed. "Pengetatan moneter yang dilakukan The Fed tidak akan seagresif 2022," kata Bhima kepada Republika.co.id, Jumat (13/1/2023).

Baca Juga

Bhima mengungkapkan, setelah turunnya inflasi AS maka ekspektasi kenaikan suku bunga diperkirakan lebih rendah pada tahun ini. Penurunan inflasi AS tersebut juga berdampak kepada dolar AS.

Dia mengatakan, penguatan dolar AS tidak terlalu besar. "Ini terlihat dari pergerakan indeks dolar yang mulai turun ke level 102,3 atau melemah 9,7 persen dalam tiga bulan terakhir. Imbasnya ke pelemahan rupiah tidak akan terlalu dalam," jelas Bhima.

Sebelumnya, inflasi AS pada Desember 2022 dilaporkan terus mengalami penurunan meskipun tidak signifikan dibandingkan November 2022. Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (12/1/2022) mengumumkan indeks harga konsumen utama berada di level 6,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Angka tersebut lebih rendah 0,1 persen dibandingkan November 2022 yang sebesar 7,1 persen. Indeks harga konsumen AS tersebut turun pertama kalinya dalam lebih dari 2,5 tahun karena harga bensin dan barang lainnya turun. Data tersebut menunjukkan bahwa inflasi sedang dalam tren penurunan yang berkelanjutan.

Seusai data tersebut dilaporkan, saham global mengalami penguatan. Di Wall Street, ekuitas berombak setelah data tersebut, dengan S&P 500 jatuh sebanyak 0,8 persen dan kemudian rebound. Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 216,96 poin atau 0,64 persen menjadi 34.189,97, S&P 500 (SPX) naik 13,56 poin atau 0,34 persen menjadi 3.983,17, dan Nasdaq Composite (IXIC) bertambah 69,43 poin atau 0,64 persen menjadi 11.001,11.

Indeks STOXX 600 pan-Eropa naik 0,63 persen dan ditutup pada level tertinggi sejak 29 April. Lalu indeks saham MSCI di seluruh dunia naik 0,80 persen untuk membukukan kenaikan sesi kelima berturut-turut terpanjang beruntun sejak Agustus 2022. Rahayu Subekti

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement