REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi pada Januari 2023 mencapai 0,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (6/1/2023) menyebutkan, perkiraan tersebut berasal dari Survei Pemantauan Harga (SPH) pada pekan pertama Januari 2023.
"Komoditas utama penyumbang inflasi Januari 2023 sampai dengan minggu pertama yaitu cabai rawit 0,08 persen (mtm), cabai merah 0,06 persen (mtm), bawang merah 0,04 persen (mtm), dan beras 0,03 persen (mtm)," ujarnya.
Di samping itu, daging ayam ras, emas perhiasan, dan rokok kretek filter masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,02 persen (mtm), serta tahu mentah, bawang putih, dan tarif air minum PAM masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
Sementara itu, sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu bensin 0,06 persen (mtm), telur ayam ras 0,02 persen (mtm) dan angkutan udara 0,01 persen (mtm).
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," kata Erwin.
Bank Indonesia (BI) dalam Rencana Anggaran Tahunan BI (RATBI) menargetkan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada 2023 menurun ke level 3,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sepanjang tahun 2022 mencapai 5,51 persen atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 107,66 pada Desember 2021 menjadi 113,59 pada Desember 2022.