Ahad 01 Jan 2023 01:43 WIB

IHSG Diproyeksi Tembus 7.600 pada 2023

IHSG tahun depan kami prediksi tumbuh pada rentang 8-10 persen.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta. ilustrasi
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi mengalami pertumbuhan signifikan pada 2023. Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan memproyeksi IHSG akan berada dalam rentang 6.500 - 7.600 di tahun depan. 

"IHSG tahun depan kami prediksi tumbuh pada rentang 8-10 persen dengan asumsi pertumbuhan ekonomi bisa di rentang 4 - 5 persen, Inflasi 4 persen dan suku bunga mulai diturunkan di semester II 2023," kata Alfred, Sabtu (31/12/2022).

Baca Juga

Sebagai gambaran, sepanjang tahun 2022 IHSG bergerak dalam rentang 6.509 - 7.377. Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh beberapa isu utama dan menjadi pemberat seperti kebijakan suku bunga bank sentral global, dampak konflik Ukraina - Rusia yang mempengaruhi rantai pasok termasuk komoditas, pandemi covid global serta pelemahan saham sektor teknologi.

Meski demikian, Alfred melihat, masih tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan di tengah ancaman resesi global dan masih solidnya harga komoditas akan menjadi sentimen pendukung pertumbuhan IHSG pada 2023.

"Kami optimistis langkah Bank Sentral global menaikkan suku bunga yang sangat agresif di sepanjang 2022 dan masih akan berlanjut di awal tahun 2023 akan menurunkan inflasi di 2023," ujar Alfred.

Untuk harga komoditas di tahun 2023, Alfred memperkirakan tingkat volatilitasnya tidak akan setinggi tahun 2022 atau berada dalam rentang harga yang lebih sempit. Hal ini masih akan menguntungkan sektor komoditas dan juga Indonesia. 

Menurut Alfred, besarnya target pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 masih akan menjadi daya tarik bagi para investor baik domestik maupun asing terhadap pasar saham Indonesia.

Beberapa sektor yang cukup menarik di tahun depan antara lain Perbankan karena memiliki tingkat resiancy yang tinggi, sektor konsummer sebagai sektor defensif dan sektor komoditas karena masih memberikan pertumbuhan yang bagus di tahun depan.

"Sektor Properti, Konstruksi, keuangan non-bank dan Semen merupakan sektor yang kami perkirakan masih akan berat dari sisi performa keuangan," ucap Alfred.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement