Selasa 06 Dec 2022 12:51 WIB

IHSG Sesi I Terpangkas 1,39 Persen Tertekan GOTO dan TLKM

Saham GOTO dan TLKM terkoreksi masing-masing 6,5 dan 5,9 persen

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpangkas cukup dalam pada sesi pertama Selasa (6/12). Sejak awal perdagangan, IHSG mengalami pelemahan dan berakhir di level 6.889,97 atau terkoreksi 1,39 persen. Saham GOTO dan TLKM terkoreksi masing-masing 6,5 dan 5,9 persen
Foto: Republika/Prayogi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpangkas cukup dalam pada sesi pertama Selasa (6/12). Sejak awal perdagangan, IHSG mengalami pelemahan dan berakhir di level 6.889,97 atau terkoreksi 1,39 persen. Saham GOTO dan TLKM terkoreksi masing-masing 6,5 dan 5,9 persen

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpangkas cukup dalam pada sesi pertama Selasa (6/12/2022). Sejak awal perdagangan, IHSG mengalami pelemahan dan berakhir di level 6.889,97 atau terkoreksi 1,39 persen. 

IHSG mendapat tekanan dari jatuhnya saham-saham blue chip terutama dari sektor teknologi, komoditas, infrastruktur dan perbankan. GOTO kembali melanjutkan kejatuhannya hingga 6,50 persen.  

Selain itu, saham TLKM juga terkoreksi 5,99 persen ke level 3.610, terendah dalam satu tahun terakhir. ANTM dan MDKA masing-masing melemah 4,61 persen dan 2,91 persen. Sementara BBNI dan BBCA kompak turun lebih dari satu persen.

IHSG dan mayoritas bursa regional Asia tertahan di zona negatif karena dipengaruhi data dari Amerika Serikat (AS). "Tampaknya pasar terseret sikap pelaku pasar dan investor sehubungan dengan data sektor jasa AS ISM Services Index naik dari sebelumnya 54,4 menjadi 56,4," kata Pilarmas Investindo Sekuritas, Selasa. 

Menurut Pilarmas Investindo Sekuritas, data tersebut menunjukkan aktivitas industri jasa AS secara tidak terduga meningkat pada November dengan ketenagakerjaan pulih kembali. Pelaku pasar melihat pemulihan ekonomi AS dan aktivitas bisnis tentunya akan berpontesi membuat lonjakan permintaan di tengah daya beli masyarakat mulai pulih.

Pelaku pasar bersikap spekulasi bahwa the Fed akan kembali mengevaluasi kenaikan suku bunga acuan. Pasar juga menanti langkah Pemerintah China sehubungan dengan pelonggaran Covid-19. "Pasar berharap kebijakan tersebut membuka pelonggaran lockdown sehingga ini akan memberikan dan momentum pemulihan ekonomi dalam negeri China," kata Pilarmas Investindo Sekuritas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement