Jumat 02 Dec 2022 23:34 WIB

Sri Mulyani Segera Bahas Anggaran Rice Cooker Gratis

Pembagian rice cooker gratis untuk meningkatkan konsumsi listrik pada tahun depan.

Rep: Novita Intan/ Red: Dwi Murdaningsih
Beragam rice cooker yang tersedia di pasaran.
Foto: Republika/Darmawan
Beragam rice cooker yang tersedia di pasaran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah berencana membagikan rice cooker gratis kepada 680.000 keluarga penerima manfaat melalui program bantuan penanak nasi listrik. Program ini bertujuan untuk meningkatkan konsumsi listrik pada tahun depan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pihaknya akan segera membahas anggaran program tersebut. Adapun program ini merupakan pengganti pembagian kompor listrik yang telah direncanakan pemerintah.

Baca Juga

“Nanti kita diskusikan dengan Kementerian ESDM dipanya ada apa tidak bagaimana bentuknya,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (2/12/2022).

Sementara itu Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Ida Nuryatin Finahari, menambahkan program ini bertujuan meningkatkan konsumsi listrik per kapita nasional. Kementerian ESDM juga menargetkan distribusi rice cooker gratis dapat mendorong pemanfaatan energi bersih dan menghemat biaya masak masyarakat.

 

"Kita juga mendorong e-cooking penanakan nasi serba listrik, sehingga diharapkan menjadi salah satu cara meningkatkan konsumsi listrik per kapita," ucapnya.

Adapun program ini akan menyasar kepada pelanggan rumah tangga dengan daya listrik 450 dan 900 volt ampere (VA). Anggaran yang digelontorkan pemerintah sebesar Rp 340 miliar, dengan harga paket rice cooker Rp 500.000 per keluarga penerima manfaat.

"Potensi manfaat peningkatan konsumsi listrik 42,84 GWh (gigawatt per hour), atau setara dengan pembangkit 54,74 MW (megawatt)," ucapnya.

Kementerian ESDM juga memproyeksi potensi manfaat lain dari program rice cooker gratis yaitu dari sisi pengurangan volume pemakaian LPG sebanyak 19.600 ton. Adapun pengurangan konsumsi LPG pun otomatis berdampak kepada penghematan anggaran subsidi energi sebesar Rp 52,2 miliar dan penghematan devisa, mengingat mayoritas kebutuhan LPG impor sebesar 26,88 juta dolar AS.

Di samping itu, menurutnya, konsumsi listrik per kapita Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan rata-rata konsumsi listrik per kapita negara ASEAN. Ida menyebut target konsumsi listrik per kapita pada 2022 sebesar 1.268 kilowatt per hour (kwh) per kapita, namun per September 2022 atau kuartal III 2022, konsumsi listrik nasional masih 1.169 kwh per kapita.

 

"Kementerian ESDM pada 2023 targetnya itu 1.408 kwh per kapita, artinya sampai 2024 pun sebenarnya kita juga masih ketinggalan jauh dengan negara ASEAN lainnya," ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement