REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) melalui anak usahanya, PT Riset Perkebunan Nusantara dan unit kerja Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), telah membuka dua pusat pembelajaran, yakni Oil Palm Education Center (OPEC) dan Coffee Cocoa Learning Center (CCLC) di Kawasan Oil Palm Science Techno Park (OPSTP) Medan, Sumatera Utara.
Adanya tambahan dua fasilitas edukasi tersebut, OPSTP diharapkan akan memberikan peran yang lebih nyata dalam penyebaran informasi mengenai IPTEK dan pemberdayaan masyarakat, melalui program inkubasi bisnis teknologi berbasis kelapa sawit.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III Mohammad Abdul Ghani mengatakan, sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia, sudah seharusnya Indonesia terus memperkuat sektor hulu dan hilir industri kelapa sawit dengan berbagai inovasi dan terobosan baru.
“Inovasi dan terobosan-terobosan baru sangat diperlukan agar industri kelapa sawit dapat terus berkelanjutan dan bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat,” ujarnya dalam keterangan tulis, Jumat (18/11/2022).
Seiring berjalannya waktu, lanjut Abdul Ghani, OPSTP yang diresmikan pada 2017 lalu, terus dikembangkan. Di dalam OPEC, terdapat beberapa fasilitas antara lain pabrik skala mini yang cukup lengkap dari CPO, minyak sawit merah, minyak goreng padat, margarin, dan proses hidrogenasi diproduksi Cocoa Butter Substitute (CBS).
Selain itu, kata Abdul Ghani, OPEC juga dilengkapi dengan rumah produksi coklat dan bakery. Adapun fasilitas di dalam OPEC dapat digunakan oleh tenant/UKM binaan OPSTP, masyarakat umum, dan tentunya sebagai media pembelajaran bagi pelajar dan mahasiswa.
“OPEC diharapkan dapat meningkatkan sinergi Academic-Business-Government dan Community (ABGC), sehingga keberlanjutan industri sawit dan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat akan semakin meningkat,” ucapnya.
Di lokasi yang sama, PPKS juga telah membangun Coffee Cocoa Learning Center (CCLC). Adapun fasilitas ini merupakan bentuk nyata sinergi inkubasi teknologi lintas pusat penelitian (Puslit) yang bernaung di bawah Riset Perkebunan Nusantara.
“CCLC merupakan hasil dari kerjasama antara PPKS dengan Pulit Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI),” ucapnya.
Sementara itu Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Edwin S Lubis, menambahkan, CCLC diharapkan dapat menjadi benchmark untuk memperluas ruang komunikasi ilmu dan teknologi bidang sawit, kopi, dan kakao di Sumatera Utara dan sekitarnya.
“CCLC didirikan di Medan karena dekat dengan wilayah sentra penghasil kopi Arabika di Indonesia. Selain itu, Sumatera Utara juga merupakan lokasi yang sangat baik pengembangan kakao di Indonesia, karena kondisi agroklimatnya cukup baik untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman ini,” ucapnya.
Edwin berkomitmen, CCLC akan menyediakan akses yang lebih baik bagi stakeholder kopi dan kakao terhadap ilmu dan teknologi yang telah dihasilkan oleh PPKKI yang selama ini cukup sulit diakses karena letak PPKKI yang berada di timur Pulau Jawa. “CCLC diharapkan akan menjadi ruang inkubasi bisnis hilir kopi dan kakao,” ucapnya.
Seiring dengan program PMO Kopi Nusantara yang berada di bawah Kementerian BUMN, keberadaan CCLC akan menguatkan sinergi antara petani, lembaga penelitian dan pembelajaran, serta off taker yang semakin fleksibel. “Pada akhirnya, CCLC diharapkan akan menguatkan nilai ekonomi komoditas tersebut skala nasional,” ucapnya.
Edwin berharap, melalui peresmian dua fasilitas terbaru OPSTP, kolaborasi dan sinergi serupa PTPN Group maupun institusi lainnya akan terus bertambah pada masa mendatang.
“Kolaborasi dan sinergi seperti ini perlu dijaga dan ditingkatkan demi kemajuan industri kelapa sawit, kopi, kakao dan komoditas perkebunan Indonesia lainnya,” ucapnya.