REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada perbedaan harga hotel saat musim sepi dan ramai (low season dan high season) di berbagai wilayah di Indonesia. Perusahaan penyedia layanan perjalanan Pegipegi mengolah data median harga hotel di 19 wilayah populer untuk mengetahuinya.
Pegipegi meninjau akomodasi nonbintang (guest house, homestay, villa), juga hotel bintang satu hingga bintang lima. Data yang dianalisis mencakup dari data harga hotel saat low season (periode Februari-April dan September-Oktober) dan high season (periode liburan sekolah,liburan Lebaran, liburan Natal dan tahun baru).
Hasil pengumpulan data diolah dan dibandingkan dalam beberapa kategori, seperti geografis, jenis akomodasi, dan rentang harga. Dari hasil pengolahan nilai median harga hotel tersebut, disimpulkan bahwa secara umum harga hotel di Indonesia saat high season mengalami kenaikan 15 persen dibandingkan low season.
Dari jenis akomodasi, hotel bintang dua mengalami perubahan harga yang cukup tinggi saat high season, dengan peningkatan harga sebesar 26 persen. Sedangkan, hotel bintang tiga merupakan yang terendah, yakni sebesar 13 persen.
Hotel di Yogyakarta mengalami perubahan harga paling tinggi saat high season dengan kenaikan sebesar 36 persen dibandingkan low season. Hotel di Jakarta mengalami perubahan harga terendah pada high season, dengan kenaikan sembilan persen.
Dari segi tipe hotel dan kewilayahan, hotel bintang dua di Palembang memiliki nilai median harga paling murah saat low season, yaitu Rp 182.274. Sebaliknya, hotel bintang lima di Bali merupakan akomodasi paling mahal saat low season dengan nilai median harga hotel sebesar Rp 4,73 juta.
Pada saat high season, hotel bintang satu di Medan memiliki nilai harga median termurah yakni Rp 223.340. Sedangkan, hotel bintang lima di Bali lagi-lagi memiliki nilai paling tinggi dengan harga median Rp 5,41 juta.
Secara rentang harga, saat low season, hotel terbanyak berada pada rentang harga di Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu. Namun, pada saat high season, jumlah hotel pada rentang harga di bawah Rp 250 ribu mengalami penurunan sebesar 39 persen. Sebagian hotel di kategori tersebut harganya meningkat dan masuk ke dalam rentang harga yang lebih tinggi.
Tren tersebut layak diketahui, lantaran minat para pelancong di Indonesia masih cenderung tinggi untuk berwisata. Pariwisata Indonesia diperkirakan semakin tumbuh jelang akhir 2022, terlepas dari pandemi Covid-19 yang masih ada dan ketidakpastian ekonomi global.
Vice president of commercial and marketing Pegipegi, Ryan Kartawidjaja, menyampaikan bahwa sejak Mei 2022, Pegipegi mencatat peningkatan tren yang signifikan untuk pemesanan akomodasi. Jumlah transaksi dan pengunjung telah berkembang berkali lipat terhitung dari bulan Februari 2022.
"Seiring situasi yang membaik, akomodasi berkualitas maupun akomodasi budget yang memiliki segmen masing-masing di kalangan travelers, sama-sama mengalami kenaikan pemesanan jelang akhir tahun 2022," kata Ryan melalui pernyataan resminya.
Dari tinjauan data yang dilakukan Pegipegi, Ryan menyimpulkan bahwa umumnya pelancong bisa mendapatkan harga kamar yang jauh lebih murah saat low season. Hal ini mengingat pihak akomodasi berusaha menarik minat pengunjung.
Apabila ingin menginap saat high season, Ryan menyarankan Ahad dan Senin untuk mendapat harga bersaing. Harga akomodasi pada hari itu biasanya lebih murah sekitar tiga hingga 12 persen dari biasanya. Sementara, pada hari Jumat dan Sabtu saat high season, harga hotel biasanya lebih mahal.