REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Presidensi G20 Indonesia meluncurkan Global Blended Finance Alliance (GBF) dengan berbagai mitra dalam rangka menutup kesenjangan pembiayaan pencapaian program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam keterangan resmi yang diterima di Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022), mengatakan GBF akan mampu membangun kapasitas antar negara, sektor swasta, dan filantropi, untuk melakukan pembiayaan campuran yang lebih baik.
"GBF akan berpusat di Bali. Kami mengajak semua pihak untuk bermitra karena kita tidak punya waktu banyak jika ingin mengumpulkan investasi triliunan setiap tahun untuk bumi," kata Menko Luhut.
Para mitra itu termasuk Blended Finance Taskfore, B Team, GFANZ, UN SDSN, Rockefeller Foundation dan Yayasan Upaya Indonesia Damai. Peluncuran GBF dilakukan di Badung, Bali pada Senin (14/11/2022) di bawah forum Tri Hita Karana (THK) yang merupakan salah satu rangkaian acara Presidensi G20 Indonesia.
Forum THK telah menghadirkan pemimpin bisnis, keuangan, pemerintah, filantropi, dan akademisi, yang mampu mengkatalisasi proyek 30 miliar dollar AS untuk inisiatif pembiayaan SDGs. GBF nantinya akan bekerja sama dengan para anggota dan mitra untuk menentukan target dampak dan strategi yang akan diumumkan saat pertemuan Bank Dunia atau IMF pada 2023.
Misi GBF adalah memperkuat dan memperluas pasar pembiayaan campuran dengan mereplikasi struktur campuran yang sukses dalam membangun kapasitas dan mengatasi hal-hal yang tidak efisien. Upaya itu akan dilakukan dengan cara mengembangkan dokumen persyaratan yang disesuaikan dengan struktur atau mekanisme pembiayaan campuran serta mereplikasi dan memperluas transaksi pembiayaan campuran yang sudah sukses.
Selain itu juga dilakukan dengan menyatukan para pemilik proyek dan pemodal serta membangun kerangka praktik di antara lembaga keuangan pembangunan nasional dan kawasan di negara-negara berkembang. Tak hanya itucara yang turut ditempuh adalah melalui pelaksanaan program pelatihan bagi pemerintah, swasta dan filantropi untuk merumuskan campuran pembiayaannya.
Terakhir, blended finance sekaligus mengajak para pemimpin pembiayaan campuran untuk berbagi pembelajaran dan mendorong inovasi maupun reformasi. "GBF diposisikan untuk membantu meningkatkan pembiayaan campuran di negara berkembang termasuk yang masih kurang berkembang sekaligus negara kepulauan kecil yang sedang berkembang," kata Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widyansanti.