REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center for Energy Policy, M Kholid Syeirazi menilai, Pertamina memiliki peran besar dalam transisi energi, melalui bauran energi. Terutama gas sebagai bagian upaya mewujudkan target nol emisi karbon (Net Zero Emission) pada 2060.
"Pertamina punya peran sangat besar, karena berkontribusi dalam bauran energi. Dalam hal ini adalah gas dan mungkin juga panas bumi," kata Kholid di Jakarta, Jumat (11/11/2022).
Menurut dia untuk transisi energi, Pertamina bisa beralih ke energi baru dan terbarukan (EBT), dan untuk itu gas bisa menjadi unggulan, lantaran wilayah kerja panas bumi (WKP) tersebar di wilayah Timur Indonesia namun hal itu masih membutuhkan pembenahan infrastruktur.
"Pertamina masih bisa bergerak di fosil. Tapi harus melakukan transisi dan beralih ke gas dengan memangkas gas untuk ekspor, itu dipangkas. Sebab, jika kita genjot tenaga listrik, itu artinya masih bicara batubara," ujarnya melalui keterangan tertulis.
Peran melalui gas, menurut Kholid memang paling memungkinkan, sebab tidak bisa langsung beralih dari minyak dan batubara menuju EBT. "Tentu ada jembatannya, yaitu gas. Gas itu relatif lebih bersih, tersedia dalam jumlah cukup, going east going deep, tapi dari WKP yang ada, kandungan lebih banyaknya gas. Jadi, di sinilah peran penting Pertamina," katanya.
Dikatakannya, bahan bakar gas Pertamina merupakan bahan bakar terbaik untuk mendukung program pemerintah Indonesia meningkatkan target penurunan emisi.
Sebelumnya Pertamina menyatakan komitmen dalam pemenuhan target NZE Nasional dan memberikan kontribusi nyata pada program Pemerintah tersebut melalui percepatan transisi energi.
Pertamina juga menyusun Peta Jalan (Road Map) NZE Pertamina yang mencakup strategi dekarbonisasi dan pengembangan bisnis baru berbasis clean and green energy.
Pelaksanaan Peta Jalan NZE Pertamina didukung oleh carbon accounting dan reporting yang akurat sesuai dengan standar global, implementasi Internal Carbon Pricing dan Carbon Trading, pembentukan dedicated sustainability organization, penguatan fundamental capabilities serta penyelarasan dengan pemangku kepentingan terkait.