Kamis 10 Nov 2022 19:55 WIB

Diplomat Veteran: Jangan Ada Anggota G20 yang Jadi Bagian dari Masalah

Tarik menarik kekuatan negara besar dunia akan tetap ada.

Pengendara melintas di kawasan Nusa Dua, Badung, Bali, Ahad (6/11/2022). Kementerian Perhubungan akan melakukan pengaturan lalu lintas dengan skema penerapan sistem ganjil genap dan pembatasan operasional angkutan barang pada 11-17 November 2022 terkait dengan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.
Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Pengendara melintas di kawasan Nusa Dua, Badung, Bali, Ahad (6/11/2022). Kementerian Perhubungan akan melakukan pengaturan lalu lintas dengan skema penerapan sistem ganjil genap dan pembatasan operasional angkutan barang pada 11-17 November 2022 terkait dengan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Indonesia telah menyiapkan KTT G20 di Bali secara optimal dengan harapan semua anggota forum ini mencari solusi, dan menjauhkan diri dari jebakan tarik-menarik kepentingan. Dengan demikian negara anggota tidak menjadi bagian dari masalah,

"Jadilah part of solution (bagian dari solusi). Jangan menjadi 'part of the problem' (bagian dari masalah)," kata Sugeng Rahardjo, Dubes RI untuk China periode 2014-2017 dalam pernyataannya yang diterima ANTARA di Bogor, Kamis.

Baca Juga

Menurut Sugeng, upaya tarik-menarik kepentingan di antara negara-negara besar di tengah dinamika geopolitik dunia saat ini akan tetap ada, namun sebagai Presiden G20, Indonesia akan tetap berpegang teguh pada semangat mencari penyelesaian. "Indonesia sudah melakukan persiapan (KTT) dengan sebaik-baiknya di tengah situasi global yang tak menentu, terutama dengan berusaha menjembatani berbagai kepentingan yang ada di G20," katanya.

Tema Presidensi G20 yang diusung Indonesia, yaitu "Recover Together, Recover Stronger", mencerminkan filosofi dan tekad kuat Jakarta untuk menyelesaikan masalah dunia secara inklusif, kata Sugeng Rahardjo.

Dalam konteks ini, semua anggota forum kerja sama ini sudah semestinya mengedepankan kebersamaan agar semua bangsa dapat pulih bersama dari krisis ekonomi, kesehatan, pangan, dan energi dunia, serta tumbuh lebih kuat. "Saya yakin dengan kepemimpinan Presiden Joko Widodo, upaya itu dapat terwujud," kata diplomat veteran yang juga pernah menjadi Dubesdi Pretoria, Afrika Selatan ini.

Negara-negara di Asia, terutama yang merupakan anggota G20, menurut Sugeng, harus bersatu-padu di Abad Asia ini. Mereka diharapkan dapat memberikan jawaban terbaik dalam mengatasi situasi dunia yang tidak menentu ini.

G20 adalah forum kerja sama beranggotakan Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Tiongkok, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Republik Korea, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Untuk pertama kalinya, Indonesia memegang presidensi forum internasional yang fokus pada koordinasi kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan dari 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022.

Konferensi Tingkat Tinggi Para Pemimpin Kelompok 20 (KTT G20) yang merepresentasikan 80 persen PDB dunia, 75 persen ekspor global, dan 60 persen populasi global ini dijadwalkan berlangsung di Bali pada 15-16 November 2022.

Berkaitan dengan KTT G20 di Bali yang digelar di tengah Perang Rusia-Ukraina yang masih berkecamuk dan ancaman subvarian Omicron XBB ini, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan memastikan 16 kepala negara akan hadir.

Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin dipastikan tidak ada di antara para kepala negara yang akan menghadiri puncak KTT G20 yang akan berlangsung di Nusa Dua, Badung itu. Dalam pernyataan persnya usai meninjau kesiapan Pusat Komando Polda Bali, Kamis, Luhut mengatakan Presiden Putin absen dalam KTT G20 di Bali itu.

"Saya kira sudah resmi diberitahu, Presiden Rusia (Vladimir Putin) tidak datang, tetapi diwakili oleh petingginya. Presiden sebagai ketua G20 sudah bertelpon juga dengan Presiden Putin," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement