REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mempelajari dan menerapkan konsep ekonomi sirkular bisa dimulai dari hal-hal sederhana yang biasa dilakukan sehari-hari, seperti dikatakanDeputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Amalia Adininggar Widyasanti.
"Ada banyak sekali cara sederhana yang bisa kita lakukan sehari-hari, jadi, kita bisa berkontribusi untuk pengembangan dan penerapan ekonomi sirkular," kata Amalia saat berdiskusi dengan jurnalis peserta Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea di Jakarta, Rabu (9/11/2022).
Pemerintah mengadopsi konsep ekonomi sirkular dalam salah satu strategi untuk mencapai Visi Indonesia 2045. Indonesia berkomitmen menuju ekonomi hijau alias green economy melalui penerapan emisi rendah karbon, transisi energi dan ekonomi sirkular.
Ekonomi sirkular juga masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Konsep ekonomi sirkular atau ekonomi melingkar berbeda dengan ekonomi linier. Pada ekonomi linier, setelah produk dikonsumsi, maka limbah akan diangkut lalu dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir.
Dengan menerapkan konsep ekonomi sirkular, limbah dibawa ke tempat daur ulang, kemudian diproses supaya bisa menjadi produk yang bisa digunakan kembali oleh produsen. Meski terdengar rumit, konsep ekonomi sirkuler sangat bisa diterapkan pada aktivitas sehari-hari, misalnya selalu menghabiskan makanan sehingga tidak ada yang terbuang.
"Jika minum air mineral dalam kemasan botol plastik, pastikan buang pada tempat yang disediakan supaya nanti bisa dibawa ke tempat daur ulang," kata Amalia.
Profesor Yong-Chul Jang dari Departemen Teknik Lingkungan di Chungnam National University, Korea Selatan menilai gaya hidup "zero waste", minim sampah, adalah salah satu cara menerapkan konsep ekonomi sirkular. "Setiap hari kita membeli produk lalu membuang limbahnya. Jadi, ketika (aktivitas) menghasilkan limbah, kita bisa terlibat akitf dalam memilah dan mendaur ulang sampah," kata Jang.
Ketika membeli produk, Jang juga menilai memilih produk yang ramah lingkungan (green product) termasuk berkontribusi pada ekonomi sirkular. Satu hal yang juga perlu dilakukan, menurut Jang, adalah berpikir seberapa kita membutuhkan sebelum membeli sebuah produk.