Selasa 08 Nov 2022 03:05 WIB

Perbankan Syariah untuk Berkelanjutan Masa Depan

Perbankan syariah bisa punya peran penting dalam pencapaian SDGs dan ENDC

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Perbankan syariah bisa lebih unggul dalam penerapan keuangan berkelanjutan karena memiliki nilai-nilai fundamental yang saling bersesuaian. Secara prinsip, perbankan syariah telah menerapkan Environmental, Social, Governance (ESG) karena menganut maqashid sharia yang menjadi dasar model bisnisnya.
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Perbankan syariah bisa lebih unggul dalam penerapan keuangan berkelanjutan karena memiliki nilai-nilai fundamental yang saling bersesuaian. Secara prinsip, perbankan syariah telah menerapkan Environmental, Social, Governance (ESG) karena menganut maqashid sharia yang menjadi dasar model bisnisnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan syariah bisa lebih unggul dalam penerapan keuangan berkelanjutan karena memiliki nilai-nilai fundamental yang saling bersesuaian. Secara prinsip, perbankan syariah telah menerapkan Environmental, Social, Governance (ESG) karena menganut maqashid sharia yang menjadi dasar model bisnisnya.

Maqashid syariah memegang batasan utama dan menjadi magnet dari setiap aktivitas bisnis ekonomi syariah, termasuk perbankan. Tata kelolanya wajib menjaga lima nilai inti syariah yakni agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan.

Pengamat Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Fauziah Rizki Yuniarti menyampaikan, perbankan syariah bisa punya peran penting dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) serta Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC).

Menurutnya, perbankan syariah bisa unggul dalam nilai-nilai ESG dan SDGs karena memiliki lebih banyak sumber pendanaan yang murah. Misalnya, yang berasal dari dana sosial syariah seperti zakat dan wakaf, bahkan sumber pendanaan gratis dari wakaf. Tabungan wadiah pun menawarkan sumber dana murah yang gratis.

"Dengan mengembangkan produk yang tepat, berkolaborasi dengan stakeholders lain di dalam ekosistem ekonomi dan keuangan syariah, maka perbankan syariah bisa sangat berdampak untuk ekonomi," katanya pada Republika.

Setidaknya ada dua peran potensial perbankan Syariah dalam pencapaian SDGs atau TPB serta ENDC melalui pembiayaan. Pertama, Islamic Blended Finance (IBF) yang merupakan produk yang sangat potensial untuk bisa dikembangkan oleh perbankan syariah, sekaligus perbankan syariah berperan krusial di dalamnya.

IBF adalah produk pembiayaan SDGs atau TPB yang melibatkan dana komersial dan pihak publik, serta dana pembangunan. Kedua, bank syariah dapat berperan sebagai green banking. Otoritas Jasa Keuanga (OJK) telah mengeluarkan Taksonomi Hijau 1.0 di awal tahun 2022 yang berguna sebagai panduan aktivitas ekonomi hijau.

"Walaupun Taksonomi Hijau tersebut belum diturunkan berupa regulasi, perbankan syariah bisa menjadi leader dalam hal green banking, misalnya dengan meningkatkan porsi pembiayaan hijau terhadap total pembiayaan," katanya.

Berdasarkan Sustainability Reports yang diterbitkan oleh perbankan syariah Indonesia, praktek green di lingkungan perusahaan sudah mulai diterapkan, dengan mengurangi penggunaan kertas, listrik, menyediakan mesin daur ulang plastik, dan lainnya. Namun demikian, penerapan green juga tetap harus dilakukan pada sisi fungsi pokok perbankannya.  

Meskipun perilaku perusahaan juga penting,  core business perbankan adalah intermediasi keuangan. Maka, perbankan syariah juga harus semakin selangkah di depan dalam hal penyaluran pembiayaan hijau.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement