REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk akan menghapus layanan transfer QRku pada aplikasi BCA Mobile. Adapun rencana akan diberlakukan pada 1 November 2022.
“Kebijakan itu sebagai upaya untuk mendukung sistem pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai standarisasi kode QR Nasional,” tulis BCA dalam situs resminya, Senin (31/10/2022).
Selain itu, BCA mobile juga masih memiliki layanan dan fitur yang dapat dimanfaatkan kemudahan dan kenyamanan bertransaksi, seperti bayar belanja dengan QRIS, tarik dan setor tunai tanpa kartu melalui menu cardless, dan debit online dan lifestyle untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari serta gaya hidup.
“Meski demikian nasabah semua tidak perlu khawatir ya. Karena aktivitas transfer tetap bisa dilakukan menggunakan fitur m-transfer BCA mobile dengan cara menginput nomor rekening atau pilih dari daftar transfer," tulis BCA. Ke depan, BCA berupaya berkomitmen untuk memberikan layanan perbankan terbaik bagi nasabah tercinta.
Sebelumnya, BCA mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 682 triliun pada kuartal III 2022. Adapun realisasi ini tumbuh 12,6 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan penyaluran kredit ditopang oleh tingginya frekuensi transaksi dan peningkatan basis nasabah. Sebagai bentuk optimisme dalam mendorong penyaluran kredit dan mendukung pemulihan ekonomi, perusahaan kembali menyelenggarakan BCA Expo Hybrid 2022.
“Kami melihat tren pemulihan permintaan kredit konsumer berlanjut, didukung pelaksanaan dua kali pada tahun ini, kami menerima total aplikasi KPR dan KKB senilai Rp 30 triliun,” ujarnya, Kamis (20/10/2022).
Seiring dengan pertumbuhan kredit dan likuiditas, perusahaan membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih selama sembilan bulan pertama 2022 atau naik 9,3 persen secara tahunan menjadi Rp 46,1 triliun.
Pendapatan selain bunga tumbuh 7,8 persen menjadi Rp16,7 triliun, ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 15,2 persen. Secara total, pendapatan operasional sebesar Rp 62,8 triliun atau naik 8,9 persen, biaya provisi turun Rp 3,7 triliun dibandingkan tahun lalu.
Pertumbuhan kredit terjadi di seluruh segmen sejalan dengan pemulihan yang semakin luas berbagai sektor ekonomi. Tercatat kredit korporasi meningkat 13,4 persen atau Rp 306,1 triliun, kredit komersial dan UKM naik 12,6 persen atau Rp 203,5 triliun.
Kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh 10,4 persen menjadi Rp 105,0 triliun dan kredit kendaraan bermotor naik 9,2 persen menjadi Rp 43,8 triliun. Saldo outstanding kartu kredit juga tumbuh 15,8 persen menjadi Rp 13 triliun, sehingga total portofolio kredit konsumer naik 10,4 persen menjadi Rp 165,0 triliun.