REPUBLIKA.CO.ID, HARARE – Zimbabwe akan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 200 persen hingga tahun depan. Ini merupakan suku bunga tertinggi di dunia. Menteri Keuangan Mthuli Ncube mengatakan langkah ini dilakukan untuk memprioritaskan stabilitas ekonomi.
Untuk saat ini, Zimbabwe akan terus memperketat kebijakan moneter dan fiskal. “Begitu tren inflasi turun dari bulan ke bulan, mungkin selama periode tiga hingga empat bulan, maka kita dapat mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga,” kata Ncube dilansir Bloomberg, Ahad (16/10/2022).
Zimbabwe menaikkan suku bunga menjadi 200 persen pada Juni lalu untuk membantu mengendalikan inflasi dan mendukung mata uang lokal yang nilainya telah melemah lebih dari 80 persen terhadap dolar AS tahun ini. Dolar Zimbabwe diperdagangkan di level 628 per dolar AS.
Menurut badan statistik nasional, harga konsumen melonjak 280 persen pada September secara tahunan. Pihak berwenang menargetkan tingkat inflasi bulanan sebesar 3 persen meskipun target yang diinginkan adalah 1 persen dan mungkin sulit untuk dicapai.
Ncube mengatakan pemerintah sekarang harus mengorbankan pertumbuhan yang diperkirakan sebelumnya sebesar 4,6 persen untuk tahun ini, dibandingkan dengan perkiraan 5,5 persen pada November. Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas prospek pertumbuhan Zimbabwe menjadi 3 persen minggu ini dari 3,5 persen.
Sebelumnya, Zimbabwe tidak memenuhi syarat untuk menerima jalur kredit baru dari IMF karena masih dibebani dengan utang. Menurut data Departemen Keuangan, Zimbabwe berutang 13,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 202 triliun ke berbagai lembaga keuangan internasional pada akhir Juni.