REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Perdagangan Amerika Serikat (AS) Gina Raimondo dalam sambutannya pada Resepsi Diplomatik merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-77 beberapa waktu lalu menyampaikan dukungannya terhadap presidensi G20 di Indonesia. Raimondo sekaligus menegaskan komitmen AS untuk terus memperkuat hubungan kerja sama dan kolaborasi dengan Indonesia.
“Indonesia merupakan mitra AS yang sangat penting di kawasan,” kata Raimondo dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (5/10/2022).
Raimondo menilai dengan kerja sama yang baik antara AS dan Indonesia, dapat meraih pencapaian yang luar biasa bagi kedua negara. Raimondo menambahkan, Kementerian Perdagangan AS dalam waktu dekat akan mengadakan tiga misi besar ke Indonesia, yaitu Advanced Manufacturing Business Development Mission (Oktober 2022), Aerospace and Defense Trade Mission (November 2022), dan Trade Winds (Maret 2023).
Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Rosan P Roeslani menggarisbawahi kedekatan sejarah serta hubungan Indonesia dan AS. Menurut Rosan, kedua negara sama-sama menganut prinsip demokrasi dalam bernegara.
“Semangat proklamasi kemerdekaan Indonesia hidup dalam konstitusi 1945, dan E Pluribus Unum milik Amerika Serikat. Out of many one identik dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yaitu persatuan dalam keberagaman,” ujar Rosan.
Menanggapi situasi global yang kini penuh dengan ketidakpastian, Rosan tekankan pentingnya untuk mengedepankan kolaborasi dan kerja sama. Khususnya untuk mengatasi berbagai tantangan global.
“Pada masa krisis, orang bijak memilih untuk membangun jembatan, bukan membangun penghalang. Kita harus menemukan cara untuk menjaga satu sama lain, seolah-olah kita adalah satu suku,” ungkap Rosan.
Rosan juga mengundang Raimondo bersama tamu VVIP lainnya pada prosesi pemotongan tumpeng sebagai bentuk penghormatan dan harapan terhadap hubungan Indonesia-AS. Hubungan kedua megara diharapkan dapat lebih erat pada masa mendatang.
Bertempat di Hotel Willard yang terletak di sisi timur Gedung Putih, resepsi dihadiri lebih dari 500 tamu undangan. Para undangan berasal dari kalangan pejabat pemerintah, anggota parlemen dan senat, korps diplomatik negara sahabat, pebisnis, lembaga think-tanks, tokoh masyarakat, hingga organisasi internasional di Amerika Serikat.