REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan mengakui adanya tren kenaikan harga beras saat ini. Namun, ia menjamin pemerintah melakukan stabilisasi harga lewat operasi pasar dan memastikan kecukupan stok beras untuk masyarakat.
"Kenapa penyebabnya? Karena rebutan gabah sehingga harga gabah meningkat cukup signifikan. Otomatis kalau gabah naik digiling jadi beras, harga beras naik," kata Zulkifli saat meninjau harga dan pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Senin (3/10/2022).
Zulhas mengatakan, produksi gabah dan beras di tahun ini tidak mungkin dapat ditingkatkan dalam waktu tiga bulan yang tersisa. Upaya peningkatan produksi baru dapat dilakukan mulai tahun depan.
Karena itu, solusi utama jangka pendek yang harus dilakukan dengan menggelar operasi pasar oleh Bulog. Dirinya pun tak menampik beras menjadi salah satu komoditas pangan yang paling sensitif terhadap laju inflasi. Menurutnya, kenaikan harga beras terhadap inflasi berkontribusi hingga 3,3 persen.
"Jangankan naik Rp 100, naik Rp 10 saja orang miskin bisa bertambah. Presiden selalu hampir tiap hari menelepon kami semua agar tidak lengah soal harga beras," ujar dia.
Ia pun meminta agar pemerintah daerah merespons cepat jika terdapat kenaikan harga beras di daerah masing-masing. Pemerintah pusat telah mengizinkan pemerintah daerah untuk menggunakan 2 persen dari Dana Alokasi Umum (DAU) untuk mensubsidi biaya distribusi agar harga pangan dapat ditekan.
Di satu sisi, pemerintah juga mulai mengerahkan infrastruktur Tol Laut untuk pengiriman beras antar pulau untuk memudahkan distribusi namun dengan harga yang tetap terjangkau.
Wakil Menteri Pertanian, Harvick Hasnul Qolbi memastikan produksi beras tahun ini mencukupi. Kenaikan harga yang terjadi saat ini lebih disebabkan oleh adanya gangguan distribusi. Karena itu, ia berharap Tol Laut bisa mempermudah distribusi beras antar daerah saat ini.
Harvick menjelaskan, tingginya harga gabah saat ini memberikan keuntungan bagi petani. Namun disisi lain akan memberatkan masyarakat. "Jadi kita harus cari jalan keluar, yang jelas bahwa produksi kita cukup untuk distribusi hingga ke bawah," kata dia.
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, menambahkan pemerintah telah memberikan fleksibilitas harga beli gabah atau beras petani lebih tinggi kepada Bulog. Hal itu agar Bulog dapat menyerap lebih banyak produksi petani dan mampu bersaing dengan para produsen beras swasta.
Harga acuan gabah kering panen (GKP) di petani oleh Bulog diatur sebesar Rp 4.450 per kg dari harga normal Rp 4.200 per kg. Selain itu, harga gabah kering giling (GKG) di penggilingan menjadi Rp 5.550 per kg dari Rp 5.250 per kg.
Pemerintah juga menaikkan harga acuan GKP di gudang Bulog menjadi Rp 5.650 per kg dari Rp 5.300 per kg dan beras di gudang Bulog Rp 8.800 per kg dari sebelumnya Rp 8.300 per kg. Fleksibilitas harga itu berlaku hingga 30 November 2022.