REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Sejumlah pengusaha di Rusia menilai peluang investasi di Ibu Kota Nusantara (IKN) sangat menarik untuk dilakukan dan tengah mencari titik masuk untuk berinvestasi di proyek ibu kota baru Indonesia tersebut.
"Para pengusaha di Rusia sudah membicarakan ini. Pemindahan ibu kota dari Jakarta ke tempat baru adalah proyek yang sangat besar. Untuk pengusaha Rusia ini sangat menarik," kata CEO Rusia-ASEAN Business Council Daniyar Akkaziev dalam pertemuan makan malam dengan delegasi jurnalis ASEAN di Hotel National, Moskow, Rusia, Kamis (22/9/2022) malam waktu setempat.
Rusia-ASEAN Business Council yang didirikan oleh Kamar Dagang dan Industri Rusia pada tahun 1998, merupakan organisasi yang memberikan bantuan praktis kepada pengusaha dan bisnis Rusia dalam pengembangan perdagangan multi-vektor, kerjasama ekonomi dan investasi dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.
Daniyar menyampaikan pengusaha Rusia mengikuti perkembangan rencana pemindahan ibu kota di Indonesia. Menurutnya, kunjungan Presiden Joko Widodo ke lokasi pemindahan ibu kota di Kalimantan Timur beberapa bulan lalu, telah memberikan kepastian bahwa proyek pemindahan ibu kota benar-benar dimulai.
Dia mengerti bahwa pemindahan ibu kota tidak bisa hanya mengandalkan pembiayaan dari pemerintah sehingga diperlukan adanya investasi dari pihak luar, termasuk para pengusaha luar negeri. "Ini sangat menarik. Rusia memiliki perusahaan di bidang infrastruktur, jembatan, sistem komunikasi, dan sistem kereta api. Perusahaan Rusia sedang melihat apa yang dapat menjadi titik masuk," jelasnya.
Dia menyampaikan pengusaha Rusia membutuhkan pemahaman terkait insentif yang dapat diberikan pemerintah Indonesia seperti insentif pajak, insentif investasi dan sejumlah insentif lainnya. "Intinya apakah ada insentif khusus bagi investor luar negeri. Itu poinnya," jelas dia.
Lebih jauh Daniyar mengatakan bahwa investasi di negara-negara ASEAN sangat menarik bagi para pengusaha Rusia. Bagi para pengusaha, kata dia, basis utama investasi bisa dilakukan adalah ketersediaan atas logistik dan infrastruktur di negara tujuan.