Selasa 20 Sep 2022 22:00 WIB

Literasi Digital Bangun Masyarakat yang Beretika dalam Penggunaan Teknologi

Literasi digital indonesia termasuk kategori sedang dengan angka 3,49 dari 5,00

Rep: ronggo astungkoro/ Red: Hiru Muhammad
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate (kiri) didampingi Sekjen Kemenkominfo sekaligus Chair DEWG G20 Mira Tayyiba (kiri) dan Alternate Chair DEWG G20 2022 Dedy Permadi (kanan) memberikan keterangan pers usai Pertemuan Tingkat Menteri Ekonomi Digital atau Digital Economy Ministers Meeting (DEMM) Presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Kamis (1/9/2022). Pertemuan Tingkat Menteri itu membahas tiga isu utama yaitu pemerataan akses digital, literasi digital, dan arus data lintas batas negara yang aman.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate (kiri) didampingi Sekjen Kemenkominfo sekaligus Chair DEWG G20 Mira Tayyiba (kiri) dan Alternate Chair DEWG G20 2022 Dedy Permadi (kanan) memberikan keterangan pers usai Pertemuan Tingkat Menteri Ekonomi Digital atau Digital Economy Ministers Meeting (DEMM) Presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Kamis (1/9/2022). Pertemuan Tingkat Menteri itu membahas tiga isu utama yaitu pemerataan akses digital, literasi digital, dan arus data lintas batas negara yang aman.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Literasi digital disebut sebagai sebuah proses persiapan sumber daya manusia (SDM) untuk memanfaatkan teknologi baru. Lewat literasi digital diharapkan tercipta masyarakat yang cerdas dan cakap menggunakan teknologi digital sehingga bisa menggunakannya dengan bertanggung jawab dan beretika.

"Jika hanya tahu bagaimana menggunakan teknologi digital tanpa mengetahui etikanya, maka itu bisa menjadi faktor yang menyebabkan kejahatan siber, penyebaran berita bohong, dan kejahatan lainnya," ujar Wali Kota Palopo, Judas Amir, dalam siaran pers, Selasa (20/9/2022).

Baca Juga

Untuk itu, dia menekankan, pemerintah harus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan dengan etika dan nilai-nilai kebenaran. Menurut Judas, hal tersebut harus dilakukan tanpa meninggalkan nilai-nilai kebudayaan yang ada.

Sementara itu, Rektor IAIN Kota Palopo, Abdul Pirol, menegaskan, dengan berkembangnya media digital, semua pihak bisa mengalami banjir informasi jika tidak digunakan secara cerdas dan bijak. Media digital juga dapat menyebabkan kelelahan dan kehilangan semangat untuk melanjutkan aktivitas atau bekerja.

"Dengan kelimpahan informasi itulah, sulit membedakan mana info yang benar atau hoaks. Belum lagi jika menggunakan media digitalnya tidak tahu waktu, kecanduan, kita tidak bisa membedakan mana yang harus kita kerjakan dan mana yang harus kita tinggalkan," kata Abdul.

Semua itu disampaikan dalam kegiatan bertajuk “Pekan Literasi Digital di Kota Palopo” yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama pemerintah Kota Palopo di Auditorium Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo, Kota Palopo, Sulawesi Selatan.

Pekan Literasi Digital itu bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai Literasi Digital kepada lebih dari 700 peserta perwakilan masyarakat dan komunitas di Kota Palopo. Pada Pekan Literasi Digital di Kota Palopo, terdapat tiga kelas yang diselenggarakan secara paralel dengan narasumber yang kompeten di masing-masing kelas, yaitu Obral-Obrol Literasi Digital, Kelas Konten Kreator, dan Kelas Asah Digital.

Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan, Indonesia masih berada dalam kategori "sedang" dengan angka 3.49 dari 5,00. Dalam merespons hal tersebut, Kemenkominfo menyelenggarakan Pekan Literasi Digital dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement