REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi berdampak terhadap pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Maka, Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) tengah menyiapkan beberapa program guna membantu UMKM mengatasi dampak itu.
"Yang sudah kita siapkan tapi modelnya belum ketemu yaitu Banpres (Bantuan Presiden) produktif. Ini bisa kita manfaatkan juga," ujar Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Senin (12/9).
Kemenkop, kata dia, sudah mengusulkan agar ada hibah untuk usaha mikro yang terdampak kenaikan BBM. "Ini masih proses pembahasan di Kemenkeu," ungkap Teten.
Berikutnya, kata dia, Kemenkop sedang memikirkan pelaku usaha mikro di bidang kuliner yang menggunakan LPG 3 kilogram (kg). Kementerian tengah mengkaji skema bantuan tersebut.
"Kalau tidak bisa tepat sasaran, nanti kita ngobrol sama BUMN," ujarnya. Ia mengaku masih belum bisa menyebutkan berapa angka atau jumlah bantuan itu karena masih dibahas semua, namun Teten memastikan ditribusi bantuan Kemenkop akan tepat sasaran karena dananya ditransfer by name by address.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi IUMKM Indonesia (Akumandiri) Hermawati Setyorinny menyatakan, kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi berdampak pada ongkos produksi UMKM. Maka, berpengaruh pula terhadap harga produknya.
"Setelah kenaikan harga elpiji nonsubsidi yang juga digunakan pelaku usaha mikro kenaikan daya tarif listrik juga kenaikan bahan pokok termasuk telur, sekarang BBM. Itu sangat berdampak pada ongkos produksi yang mau tidak mau harus dinaikkan," ujar Hermawati kepada Republika.
Kondisi UMKM, kata dia, semakin tertekan karena daya beli masyarakat menurun. Ia menuturkan, pelaku UMKM khususnya mikro berkali-kali dihajar dengan kondisi yang tidak bisa dihindari, sehingga siap tidak siap harus dapat menghadapinya.
"Seperti buah simalakama, harus ditelan meskipun pahit. Strategi harus dilakukan, ada yang mencari solusi mengganti bahan alternatif lebih murah atau mengurangi jumlah besar kecil barang produksi," jelasnya.
Dirinya melanjutkan, ada pula yang rela menerima keuntungan minim. Solusi terakhir, sambung dia, mau tidak mau harus menaikkan harga meski sedikit.