Senin 12 Sep 2022 17:02 WIB

Freeport Kantongi Buyer dari Pabrik Smelter Gresik, Salah Satunya Antam

Pabrik smelter Gresik akan hasilkan emas, katoda hingga asam Sulfat milik Freeport

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan proyek Smelter Freeport di kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE), Manyar, Gresik, Jawa Timur, Jumat (29/7/2022). Pembangunan proyek tersebut kini mencapai 34,9 persen dan diitargetkan hingga akhir tahun 2022 mencapai 50 persen.
Foto: ANTARA/Zabur Karuru
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan proyek Smelter Freeport di kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE), Manyar, Gresik, Jawa Timur, Jumat (29/7/2022). Pembangunan proyek tersebut kini mencapai 34,9 persen dan diitargetkan hingga akhir tahun 2022 mencapai 50 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Freeport Indonesia (PTFI) sudah mengantongi komitmen pembeli untuk produk pabrik pemurnian Gresik. Rencananya, dari pabrik gresik tersebut dihasilkan baik emas, katoda tembaga maupun slag tembaga dan asam sulfat.

Direktur Utama PTFI Clayton Allen Wenas menjelaskan untuk produksi emas nantinya akan seluruhnya diserap oleh PT Aneka Tambang. Setahun, kata Tony, smleter gresik bisa memproduksi 30-50 ton emas.

Sedangkan untuk asam sulfat sisa dari pengolahan emas akan diserap oleh industri Petrokimia dan PT Pupuk Indonesia. Sementara, untuk slag tembaga akan diserap oleh PT Semen Gresik dan PT Semen Indonesia.

Sayangnya, kata Tony, justru produksi utama dari smleter gresik yaitu Katoda Tembaga belum ada buyer yang menyerap. Hal ini dikarenakan belum terbentuknya industri dalam negeri yang bisa mengolah katoda tembaga ini.

"Setahun itu kita bisa produksi 300 ribu ton katoda tembaga dari gresik. Saat ini 50 persennya sudah masuk pasar ekspor. Tapi sejak 2024 nanti kita bisa produksi sampai 500 hingga 600 ribu ton katoda tembaga," ujar Tony di Komisi VI DPR RI, Senin (12/9/2022).

Jika industri dalam negeri tak tumbuh, maka mau tidak mau seluruh hasil katoda tembaga ini akan diekspor. "Ini kan sayang sekali ya kalau harus semuanya diekspor. Kita sangat mendorong adanya industri turunan seperti pabrik kabel, pabrik mobil listrik yang siap menyerap katoda tembaga ini," tambah Tony.

Apalagi, hal ini sejalan dengan pengembangan EBT di Indonesia. Kata Tony, untuk solar panel saja membutuhkan 4 ton katoda tembaga setiap MW nya. Sedangkan untuk tenaga bayu butuh 1,5 ton katoda tembaga untuk setiap MW-nya.

"Ini bisa sangat mendukung rencana pemerintah dalam mengembangkan industri kendaraan listrik di Indonesia," ujar Tony.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement