Senin 05 Sep 2022 18:30 WIB

Manulife Aset: Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Telah Diantisipasi Pasar

Indonesia masih menjadi pasar yang dilirik oleh investor asing.

Polisi melakukan pengamanan saat berlangsungnya pemasangan informasi harga terbaru bahan bakar minyak (BBM) di salah satu SPBU kawasan Kota Banda Aceh, Aceh, Sabtu (3/9/2022). ilustrasi
Foto: ANTARA/Ampelsa
Polisi melakukan pengamanan saat berlangsungnya pemasangan informasi harga terbaru bahan bakar minyak (BBM) di salah satu SPBU kawasan Kota Banda Aceh, Aceh, Sabtu (3/9/2022). ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Krizia Maulana menilai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang mulai diterapkan pemerintah pada akhir pekan lalu telah diantisipasi oleh pasar.

Menurut Krizia, Indonesia masih terus menunjukkan tren penguatan ekonomi hingga akhir tahun ini. Kenaikan harga BBM bersubsidi dalam jangka pendek berpotensi membuat kenaikan angka inflasi dan berpengaruh ke daya beli masyarakat.

Baca Juga

"Namun kenaikan harga BBM bersubsidi ini sebetulnya sudah diantisipasi oleh pasar, sementara momentum pemulihan ekonomi Indonesia saat ini telah ada di level penguatan, sehingga dampak dari kenaikan telah dimitigasi," ujar Krizia dalam keterangan di Jakarta, Senin (5/9/2022).

Dari sisi anggaran negara, lanjut Krizia, kenaikan harga BBM membuat anggaran pemerintah menjadi lebih terjaga dan tepat sasaran, sehingga Indonesia masih menjadi pasar yang dilirik oleh investor asing.

"Yang harus diwaspadai investor saat ini lebih ke faktor global, dimana pengetatan bank sentral yang terlalu agresif, berpotensi mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi global," kata Krizia.

Selain itu, ia menilai masih belum selesainya konflik Rusia-Ukraina turut berdampak pada harga komoditas dan tekanan inflasi yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter bank sentral global.

Krizia menyampaikan, kondisi makro ekonomi Indonesia yang lebih solid yang disertai dengan pertumbuhan laba perusahaan yang diperkirakan tumbuh pada laju yang sehat, diharapkan dapat mendorong pergerakan pasar saham.

"Dalam jangka panjang, peluang investasi di reksa dana saham jelas masih menarik. Namun di tengah situasi global yang masih volatil, ada baiknya investor melakukan diversifikasi aset dan menambah porsi kepemilikan investasi di instrumen yang memiliki tingkat korelasi rendah antar aset pada portofolionya, contohnya seperti di reksa dana campuran," ujar Krizia.

Krizia menjelaskan, kondisi pasar yang dinamis menawarkan peluang yang menarik bagi investor. Berinvestasi pada beragam jenis kelas aset reksa dana sekaligus, seperti saham, obligasi, dan pasar uang dalam satu portofolio investasi dapat menjadi cara yang efektif untuk meraup peluang guna memacu pertumbuhan investasi.

"Reksa dana campuran memungkinkan investor untuk mendapatkan return yang lebih optimal dengan risk yang lebih terjaga," kata Krizia.

Menurut Krizia, pasar saham ke depannya masih memberikan peluang yang menarik. Investor disarankan tetap melakukan diversifikasi pada investasinya, terlebih karena masih adanya tekanan dari global.

"Tetap perhatikan bahwa dalam memilih portofolio investasi, investor harus menyesuaikan dengan profil risiko, tujuan investasi, dan jangka waktu investasi masing-masing," ujar Krizia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement