Kamis 18 Aug 2022 13:23 WIB

BSI Right Issue Saham Baru Rp 500 pada Kuartal IV 2022

Lewat right issue, BSI berencana menerbitkan enam miliar saham Seri B perseroan.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pegawai melayani nasabah di Kantor Cabang Digital Bank Syariah Indonesia (BSI) Thamrin, Jakarta.PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI (BRIS) dalam Keterbukaan Informasi Kepada Para Pemegang Saham mengumumkan rencana aksi korporasi melalui penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu I (Rights Issue) pada kuartal IV 2022, Selasa (16/8). BSI akan menerbitkan sebanyak-banyaknya enam miliar saham Seri B Perseroan, dengan nilai nominal Rp 500 per saham baru.
Foto: ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Pegawai melayani nasabah di Kantor Cabang Digital Bank Syariah Indonesia (BSI) Thamrin, Jakarta.PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI (BRIS) dalam Keterbukaan Informasi Kepada Para Pemegang Saham mengumumkan rencana aksi korporasi melalui penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu I (Rights Issue) pada kuartal IV 2022, Selasa (16/8). BSI akan menerbitkan sebanyak-banyaknya enam miliar saham Seri B Perseroan, dengan nilai nominal Rp 500 per saham baru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI (BRIS) dalam Keterbukaan Informasi Kepada Para Pemegang Saham mengumumkan rencana aksi korporasi melalui penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu I (Rights Issue) pada kuartal IV 2022, Selasa (16/8). BSI akan menerbitkan sebanyak-banyaknya enam miliar saham Seri B Perseroan, dengan nilai nominal Rp 500 per saham baru.

Direktur Finance & Strategy BSI, Ade Cahyo Nugroho mengatakan saham baru tersebut akan diterbitkan dari portepel Perseroan dan akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Saham baru tersebut juga akan memiliki hak yang sama dan sederajat dalam segala hal termasuk hak atas dividen dengan saham Seri B Perseroan lainnya yang telah ditempatkan dan disetor.

"Aksi korporasi rights issue ini dilakukan perseroan untuk mendukung ekspansi pertumbuhan BSI baik secara organik maupun anorganik," katanya melalui keterangan pers, Kamis (18/8).

BSI memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan dengan compound annual growth rate (CAGR) di atas 15 persen sampai tahun 2025. Maka untuk mendukung rencana tersebut, tambahnya, BSI membutuhkan tambahan permodalan atau ekuitas agar Capital Adequacy Ratio (CAR) perseroan dapat mencapai di atas 20 persen pada akhir tahun 2025.

Saat ini CAR BSI berada di kisaran 17 persen. Hal tersebut juga sesuai dengan average CAR Top 10 National Bank dan menjaga level of comfort market. Cahyo mengatakan, ekspansi pertumbuhan BSI tersebut sejalan dengan visi perseroan untuk menjadi Top 10 Global Sharia Bank.

Lebih lanjut, BSI akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 23 September 2022 untuk meminta persetujuan rencana rights issue tersebut. Adapun, ketentuan-ketentuan PMHMETD I, termasuk harga pelaksanaan dan jumlah final atas saham baru yang diterbitkan akan diungkapkan dalam prospektus yang akan diterbitkan pada waktunya, sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

Cahyo menegaskan seluruh dana yang diterima dari PMHMETD I, setelah dikurangi dengan biaya-biaya dan pengeluaran-pengeluaran terkait emisi saham baru, akan digunakan BSI untuk penyaluran pembiayaan dalam mendukung pertumbuhan bisnis perseroan. Dengan rencana rights issue ini, BSI akan memiliki kecukupan modal yang baik.

Dengan rencana ini CAR dapat tetap terjaga di kisaran 20 persen dan penambahan probabilitas yang optimal bagi pemegang saham. Return On Equity (ROE) diproyeksi di atas 20 persen dalam waktu menengah hingga jangka panjang.

 "Dalam hal pemegang saham tidak melaksanakan HMETD miliknya, maka persentase kepemilikannya atas perseroan akan terdilusi hingga sebanyak-banyaknya 12,73 persen," katanya.

Sebagai informasi, per kuartal I  2022, BSI membukukan laba bersih mencapai Rp 987,68 miliar atau naik 33,18 persen secara year on year (yoy). Penyaluran pembiayaan tercatat sebesar Rp 177,51 triliun atau tumbuh 11,59 persen (yoy).

Komposisi pembiayaan konsumer tumbuh 20,73 persen, pembiayaan mikro tumbuh 22,42 persen dan gadai emas tumbuh 8,96 persen. Capaian tersebut didukung pula pembiayaan sehat dengan rasio non performing financing (NPF) net sebesar 0,90 persen. 

Dari sisi aset, BSI saat ini berada di peringkat tujuh secara nasional sekaligus menjadi bank syariah terbesar di Indonesia. Sedangkan, dari sisi pembiayaan BSI berada pada peringkat enam secara nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement