REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Lebih dari 700 karyawan gudang Amazon di Inggris melakukan mogok kerja sebagai bentuk protes terhadap ketidakpuasan gaji yang diterima. Kondisi tersebut dipicu karena krisis biaya hidup di Inggris.
“Amazon adalah salah satu perusahaan paling menguntungkan di planet ini. Dengan biaya rumah tangga yang melonjak, paling tidak yang bisa mereka lakukan adalah menawarkan gaji yang layak,” kata Penyelenggara Regional Serikat Pekerja Steve Garelick dikutip dari AP, Kamis (4/8/2022).
Dia menjelaskan serikat karyawan di fasilitas Tilbury, Essex, London berhenti bekerja setelah Amazon menawarkan untuk menaikkan gaji sebesar 35 pence (42 sen) per jam. Serikat pekerja mengatakan para pekerja menginginkan kenaikan dua pound agar lebih sesuai dengan tuntutan pekerjaan mereka dan mengatasi inflasi yang melonjak.
Tak hanya itu, persoalan kontrak juga menjadi salah satu kebijakan yang diprotes. “Penggunaan berulang kontrak jangka pendek oleh Amazon dirancang untuk merusak hak-hak pekerja,” tutyr Garelick.
Amazon mengatakan gaji karyawan gudang di Inggris akan naik menjadi antara 10,50 dan 11,45 pound per jam. Amazon menilai angka tersebut termaduk gaji kompetitif namun tergantung lokasi.
Di sisi lain, Amazon tidak mengakui serikat pekerja yang kemungkinan memiliki salah satu jumlah anggota tertinggi di lokasi Tilbury dari 28 fasilitasnya di Inggris. Serikat Buruh Amazon, sebuah kelompok yang baru lahir yang terdiri dari mantan dan pekerja Amazon, memenangkan pemilihan serikat pekerjanya di Staten Island, New York.
Amazon berusaha untuk membatalkan kemenangan serikat pekerja pada April 2022. Hal tersebut dilakukan dengan mengajukan petisi kepada Dewan Hubungan Perburuhan Nasional untuk pemilihan baru.