Selasa 02 Aug 2022 14:05 WIB

Inflasi IHK Juli Tercatat Lebih Tinggi dari Juni, BI Waspadai Risiko Kenaikan Ekspektasi

BI terus waspadai risiko kenaikan inflasi inti ke depan dan perkuat kebijakan moneter

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2022 mengalami inflasi sebesar 0,64 persen secara bulanan. Bank Indonesia terus mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan. BI juga terus memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang diperlukan.
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2022 mengalami inflasi sebesar 0,64 persen secara bulanan. Bank Indonesia terus mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan. BI juga terus memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang diperlukan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2022 mengalami inflasi sebesar 0,64 persen secara bulanan. Nilai tersebut meningkat dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,61 persen (mtm). 

Kenaikan inflasi (mtm) tersebut terutama bersumber dari inflasi kelompok administered prices. Di tengah inflasi inti yang terjaga rendah dan kelompok volatile food yang mulai menurun.

Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, inflasi IHK Juli 2022 tercatat 4,94 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,35 persen (yoy). Untuk keseluruhan tahun 2022, inflasi IHK diprakirakan lebih tinggi dari batas atas sasaran, dan akan kembali ke dalam sasaran 2-4 persen pada 2023.

Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono menyampaikan Bank Indonesia terus mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan. BI juga terus memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang diperlukan.

"Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan instansi terkait melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) untuk mengelola tekanan inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi serta mendukung ketahanan pangan," katanya, Senin (1/8).

Inflasi inti pada Juli 2022 terjaga rendah sebesar 0,28 persen (mtm), sebagaimana inflasi inti pada Juni 2022 yang sebesar 0,19 persen (mtm). Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi komoditas mobil dan sewa rumah, yang didorong kenaikan mobilitas masyarakat.

Peningkatan lebih lanjut tertahan oleh deflasi komoditas emas perhiasan seiring dengan pergerakan harga emas global. Secara tahunan, inflasi inti Juli 2022 masih terjaga rendah sebesar 2,86 persen (yoy). Meski sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,63 persen (yoy).

"Terjaganya inflasi inti tersebut didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi," katanya.

Sementara itu, inflasi kelompok volatile foods pada Juli 2022 menunjukkan penurunan menjadi 1,41 persen (mtm) dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 2,51 persen (mtm). Penurunan tersebut terutama dipengaruhi oleh komoditas minyak goreng, telur ayam ras, bawang putih, dan sayur-sayuran.

Penurunan lebih lanjut tertahan oleh inflasi aneka cabai, bawang merah, dan ikan segar yang masih mengalami peningkatan akibat gangguan pasokan seiring dengan curah hujan yang tinggi di sejumlah sentra. Secara tahunan, kelompok volatile foods mengalami inflasi 11,47 persen (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,07 persen (yoy).

Inflasi kelompok administered prices pada Juli 2022 mencatat peningkatan menjadi 1,17 persen (mtm) dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,27 persen (mtm). Peningkatan inflasi tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan inflasi tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, dan rokok kretek filter.

Ini seiring dengan peningkatan mobilitas udara dan harga avtur akibat kenaikan harga komoditas energi global, penyesuaian harga energi nonsubsidi, serta transmisi kenaikan cukai rokok. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 6,51 persen (yoy), lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 5,33 persen (yoy).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement