REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Asuransi Jiwa Sequis Life mencatatkan kinerja positif pada 2021. President Director & CEO Sequis Life Tatang Widjaja masih optimistis dapat merealisasikan kembali kinerja positif di tahun ini.
Tatang meyakini kinerja investasi Sequis berbasis saham dapat tumbuh mendekati 10 persen per tahun pada satu hingga tiga tahun ke depan. Hal itu mengingat pasar saham masih didukung prospek normalisasi perekonomian dan pemulihan pertumbuhan pendapatan emiten bursa khususnya pada 2022.
Optimisme ini didasarkan pada analisa konsensus yang memproyeksikan tren hasil investasi saham rupiah akan lebih prospektif pada 2022. Prospek itu ditunjang dengan kondisi inflasi Indonesia yang masih terkendali karrna kesiapan pemerintah dan bank sentral merespons krisis global dengan berbagai kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dalam negeri. Termasuk tidak menaikkan suku bunga di tengah angka inflasi global yang meningkat tinggi.
Sesuai prioritas utama perusahaan dalam mengelola risiko investasi jangka panjang, pada 2022, lanjut Tatang, Sequis terus menjaga porsi investasinya pada aset pendapatan tetap, saham dan pasar uang yang aman dan likuid. Porsi investasi terbesar masih pada obligasi pemerintah, BUMN, dan swasta dengan peringkat AAA dan AA, sebagian lainnya ditempatkan di saham dan deposito mayoritas pada bank buku 3 dan 4, yang secara aktif diawasi risiko likuiditas dan tingkat kesehatannya.
Sequis memercayakan pengelolaan investasi pada rekanan Manajer Investasi (MI) terpilih yang memiliki rekam jejak dan reputasi baik. "Semua hal ini merupakan implementasi riil Sequis dalam mengelola kualitas dan likuiditas tiap aset investasi, memastikan kelancaran pembayaran klaim, dan melindungi seluruh nasabah," kata Tatang, Jumat (22/7/2022).
Total Aset Kelolaan Sequis yang mulai naik di kuartal I 2022 ini adalah indikasi membaiknya kondisi pasar keuangan pasca tekanan pandemi. Tatang optimistis transisi kondisi pandemi ke endemi dapat berjalan baik ditambah lagi perekonomian mulai menggeliat. Bisnis asuransi jiwa di Indonesia masih sangat potensial.
"Ada banyak kesempatan untuk memenuhi kebutuhan berasuransi masyarakat menyesuaikan dengan kondisi saat ini, karena pasar masih sangat luas dan penetrasi industri masih relatif rendah. Untuk itu, kami terus mempersiapkan diri menyambut tantangan baru dalam persaingan di industri asuransi," sebut Tatang.