Selasa 19 Jul 2022 10:36 WIB

Bank Besar AS perkirakan Pinjaman Melambat Karena Prospek Suram

Pinjaman ritel dan bisnis tercatat meningkat pesat pada kuartal II tahun ini.

Kolase perbankan di Amerika Serikat. Para eksekutif bank AS mengatakan mereka optimistis pada pertumbuhan pinjaman karena permintaan pinjaman dari pelanggan ritel dan bisnis bangkit kembali pada kuartal kedua dari posisi terendah pandemi.
Foto:

Citigroup mengatakan pinjaman di Institutional Clients Group-nya tumbuh 3,0 persen, dengan eksekutif mencatat bahwa beberapa di antaranya didorong oleh lonjakan volatilitas pasar yang dipicu oleh konflik di Ukraina. "Kami melihat peningkatan pinjaman karena klien kami cenderung kurang mendapatkan pembiayaan melalui pasar utang mengingat perubahan baru-baru ini," CEO Citi Jane Fraser mengatakan kepada para analis.

Kenneth Leon, direktur riset, industri dan ekuitas di CFRA Research, mengatakan dia memperkirakan pertumbuhan pinjaman komersial akan datar di paruh kedua, sementara pinjaman konsumen kemungkinan akan menurun karena risiko resesi, meskipun hanya dangkal.

Sementara pinjaman hipotek (KPR) menurun karena kenaikan suku bunga merupakan hambatan pada portofolio pinjaman konsumen, pinjaman kartu kredit naik, dengan JPMorgan dan Wells Fargo keduanya melaporkan lonjakan 17 persen.

Pinjaman rata-rata untuk divisi personal banking dan manajemen kekayaan Citi, yang mencakup kartu, naik sekitar 4,0 persen dari tahun lalu. Para eksekutif bank mengatakan kualitas kredit tetap sangat tinggi, tetapi memperingatkan inflasi kemungkinan akan mengurangi belanja konsumen.

"Saya tidak berpikir apa yang telah kita lihat di kuartal kedua akan terus terjadi pada kecepatan yang sama," kata Chief Financial Officer Wells Fargo Mike Santomassimo kepada para analis.

Morgan Stanley mengatakan pinjamannya tumbuh sebesar 7,0 miliar dolar AS tahun-ke-tahun, terutama didorong oleh manajemen kekayaan klien yang mengambil hipotek atau pinjaman yang didukung oleh investasi mereka. Tetapi bahkan di antara klien-klien kaya itu, pinjaman diperkirakan akan berkurang karena kenaikan suku bunga, membuat hipotek lebih mahal, dan karena pasar yang merosot mengurangi nilai investasi ekuitas, kata CFO bank Sharon Yeshaya.

 

"Kami benar-benar belum melihat adanya retakan besar terkait kesehatan konsumen," kata Leon. "Kualitas kredit masih sangat bagus tapi itu mungkin akan goyah sekitar tahun depan."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement