REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom dan Direktur Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah memprediksi inflasi di Indonesia akan terjaga di kisaran 4,5 persen sampai 5,5 persen secara tahunan, selama pemerintah tidak menaikkan harga Pertalite, gas 3 kg, dan listrik 900 VA."Tetapi kalau pemerintah menaikkan harga Pertalite, gas 3 kg dan listrik 900 VA, inflasi akan lebih tinggi di atas 6 persen," katanya kepada Antara di Jakarta, Senin (18/7/2022).
Menurutnya, pemerintah sejauh ini sudah berupaya menjaga inflasi dengan mempertahankan subsidi untuk komoditas energi yang harganya sudah naik di tingkat global, meskipun kebijakan tersebut meningkatkan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)."Bank Indonesia juga menahan inflasi dengan melakukan pengetatan likuiditas yaitu dengan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM), walaupun masih menahan suku bunga acuan," katanya.
Bank Indonesia dipandang akan segera menaikkan suku bunga BI 7 Day Reverse Repo Rate ketika inflasi sudah melonjak naik."Kalau melihat stand-nya BI sekarang ini saya perkirakan maksimal 50 basis poin (bps) sampai akhir tahun 2022," imbuhnya.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Juni 2022 mencapai 4,35 persen secara tahunan dengan inflasi inti sebesar 2,63 persen.Sementara secara bulanan inflasi pada Juni 2022 mencapai 0,61 persen dengan komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan telur ayam ras sebagai penyumbang utama inflasi.
Jika inflasi bulanan dilihat berdasarkan komponen, harga bergejolak menjadi penyumbang terbesar inflasi, dengan andil 0,44 (mtm) karena kenaikan harga cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah.