REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Transformasi PT Blue Bird Tbk dengan menyediakan taksi listrik sejak 2019 makin terus dipacu. Seiring berkembangnya ekosistem kendaraan listrik Indonesia, Blue Bird makin siap menyediakan armadanya untuk menunjukkan keseriusannya dalam pengurangan 50 persen emisi karbon dan buangan operasional pada 2030.
Blue Bird bahkan berani berinvestasi lebih mahal saat berkomitmen masuk ke dalam ekosistem kendaraan listrik. "Investasinya memang mahal, empat kali lipat (dibandingkan mobil konvensional). Kami tahun ini ada capex Rp 1,2 triliun," kata Wakil Direktur Utama Blue Bird Adrianto Djokosoetono kepada Republika, Kamis (14/7/2022).
Khusus pengadaan taksi listrik, Blue Bird harus merogoh investasi sekitar Rp 600 juta hingga Rp 650 juta per unit mobilnya. Setelah sebelumnya menyediakan sebanyak 60 unit taksi listrik, Blue Bird pada 2022 juga sudah melakukan pemesanan untuk 50 unit taksi listrik yang akan didatangkan hingga akhir tahun ini.
Meskipun membutuhkan biaya investasi yang cukup besar dalam memberikan layanan taksi listrik, Adrianto mengungkapkan cara tersebut mampu menekan biaya operasional. "Dari sisi operating expenditure (opex) turun 40 persen. Jadi itu yang jadi tantangan kita ke depan sehingga berapa angka investasi yang visible untuk kita kembangkan secara masif jumlah unitnya," ungkap Adrianto.
Meskipun dapat menekan biaya operasional, Adrianto melihat, Blue Bird juga harus menghadapi tantangan tersendiri saat memutuskan untuk melanjutkan transformasi kepada taksi listrik. Mulai dari berubahnya harga kendaraan listrik, pendapatan, tarif, hingga bensin.
"Jadi kalau kami misalnya melihat ada investasi hingga empat kali lipat harganya (dibandingkan taksi konvensional) dengan efisiensi 40 persen itu belum bisa break even. Semua situasi bergerak," ungkap Adrianto.
Kondisi tersebut tidak menyurutkan komitmen Blue Bird. Adrianto mengatakan dari hasil studi dan pantauan yang ada, harga mobil listrik semakin turun. Bahkan juga kapasitas mobil listrik yang diproduksi saat ini setiap unitnya makin banyak. Hal itu berarti akan semakin sesuai dengan kebutuhan Blue Bird yang menggunakan mobil listrik sebagai angkutan umum.
Bahkan, Adrianto mengungkapkan saat ini sudah semakin banyak produsen kendaraan listrik yang cocok dengan kebutuhan Blue Bird. "Harapannya kami jadi memiliki banyak perbandingan dengan brand yang lain dalam memilih tipe mobil listrik yang cocok sebagai taksi," tutur Adrianto.
Hingga saat ini, Blue Bird memiliki total empat model mobil listrik yaitu Tesla X 75D untuk e-Silverbird, BYD E6 dan BYD T3 untuk e-Bluebird, serta Hyundai Ionic Kona untuk kendaraan sewa jangka panjang Goldenbird. Khusus penambahan 50 unit armada taksi listrik pada tahun ini, Blue Bird memesan model BYD T3 yang akan dioperasikan di Jakarta dan Bali.
Bengkel Blue Bird bersertifikasi
Vice President Teknik Blue Bird Bintarti A Yulianto memastikan kesiapan Blue Bird dalam menyediakan armada taksi listrik tidak hanya dari sisi investasi. Bintarti mengatakan bengkel yang dimiliki Blue Bird juga siap karena layanan transportasi yang berkualitas bermula dari bengkelnya.
"Bengkel kami sudah disertifikasi oleh KLHK sebagai bengkel uji emisi. Bahkan juga dari Sucofindo yang memberikan bengkel grade A," ucap Bintarti.
Bintarti memastikan, bengkel yang dimiliki Blue Bird juga dapat melakukan maintenance sendiri. Sebab, kata dia, bengkel Blue Bird sudah memiliki sertifikasi service mandiri dari Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) seperti Honda, Toyota, Mercedes Benz, dan untuk mobil listrik.
"Bengkel kami dianggap mampu atau setara dengan bengkel dealer sehingga kami bisa perbaiki sendiri," tutur Bintarti.
Bintarti menambahkan sistem IoT Blue Bird juga mampu memantau kondisi komponen armada dari seluruh pool di Indonesia secara real time. Dia mengatakan. hal-hal yang dapat dilakukan melalui system IoT Blue Bird antara lain indikator tarif, GPS dan sistem navigasi, sistem koordinasi dengan pusat operasi, dan data operasi seperti jarak tempuh, kecepatan, dan penghasilan pengemudi.
Bintarti menegaskan, pengemudi akan diberi notifikasi jika sistem menangkap adanya komponen-komponen yang butuh perhatian khusus melalui layar di masing-masing armada, seperti baterai, dan temperatur. "Hal ini mencerminkan bahwa Bluebird sangat peduli terhadap kualitas armadanya demi menyediakan layanan transportasi yang aman dan nyaman bagi pelanggan," jelas Bintarti.