REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) siap memasok energi hijau setara 400 megawatt hour (MWh) ke Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) di Bali melalui layanan sertifikat energi baru terbarukan (EBT) atau Renewable Energy Certificate (REC).
Melalui kesepakatan pemanfaatan REC ini, Undiksha menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pertama di Indonesia yang resmi menggunakan listrik berbasis energi hijau mulai 1 Juni 2022.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Bali, I Wayan Udayana mengatakan, kerja sama ini merupakan upaya mendukung pencapaian bauran EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025, dan ini sejalan dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2019 tentang Bali Energi Bersih.
"EBT adalah suatu keniscayaan dan menjadi komitmen baik pemerintah maupun PLN. Tentu komitmen ini juga sejalan dengan local wisdom Bali yaitu tri hita karana di mana masyarakat harus hidup berdampingan dengan lingkungan," tutur Udayana.
Menurut Udayana, seluruh lapisan masyarakat harus mendukung terwujudnya penurunan emisi dengan bersama-sama meningkatkan penggunaan energi ramah lingkungan.
"Wujud nyatanya sudah dicontohkan dengan baik oleh Undiksha yang merupakan institusi pendidikan dan independen di masyarakat sehingga selaiknya ikut serta mengkampanyekan penggunaan energi bersih," imbuhnya.
Kerja sama ini juga menunjukkan bahwa Bali dapat menjadi tujuan pariwisata yang mengedepankan penggunaan energi yang bersih dan masyarakatnya mendukung.
"Bali dapat menjadi pilot project untuk pariwisata ramah lingkungan sebagai bagian dari upaya menekan Net Zero Emission, salah satu langkahnya adalah dengan memanfaatkan REC," tambahnya.
Udayana menuturkan REC yang dibeli telah dipastikan dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhi standar internasional, sehingga pelanggan dapat melakukan klaim bahwa penggunaan listrik berasal dari sumber pembangkit yang berbasis EBT dan diakui secara internasional.
Rektor Undiksha, Prof. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd menyebutkan sebagai salah satu bentuk kepatuhan sebagai institusi negara pada kebijakan negara, Undiksha mencoba mengambil peran dalam upaya menekan emisi CO2 dengan menggunakan energi terbarukan.
"Langkah awal kami adalah dengan membeli REC untuk 2 gedung kami, yakni gedung rektorat dan gedung fakultas kedokteran, namun ke depannya kami berharap seluruh gedung akan memanfaatkan layanan REC," ungkapnya.
Jempel melanjutkan, hal ini menjadikan Undiksha sebagai institusi pendidikan pertama yang peduli terhadap penggunaan energi bersih yang tidak lagi bersumber pada fosil.
"Kami juga ingin memanfaatkan lahan yang ada untuk memasang solar panel serta bekerja sama dengan PLN untuk menempatkan Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPKLU) yang diperuntukkan bagi motor listrik di kampus, yang bisa juga bisa dimanfaatkan sebagai showcase untuk media pembelajaran," pungkasnya.
REC merupakan produk layanan kerja sama antara PLN dengan Clean Energy Investment Accelerator (CEIA), yang menjadi bukti kepemilikan sertifikat berstandar internasional untuk produksi tenaga listrik yang dihasilkan dari pembangkit energi terbarukan.
REC dapat dimanfaatkan pelanggan PLN yang membutuhkan bukti penggunaan EBT. Kepemilikan REC juga menjadi bagian partisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan. Sumber EBT PLN saat ini antara lain berasal dari sinar matahari, angin, air, panas bumi dan biomassa.
REC dari PLN ini menggunakan sistem pelacakan elektronik dari APX TIGRs yang berlokasi di California, AS, untuk memastikan bahwa setelah sertifikat diterbitkan, tidak dapat dibeli atau dijual ke pihak lain. Seluruh proses juga telah diverifikasi untuk memenuhi standar internasional.