REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Dua badan pangan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengeluarkan peringatan keras pada Senin(6/6/2022) tentang berbagai krisis pangan yang mengancam. Krisis didorong oleh krisis iklim seperti kekeringan dan diperburuk oleh dampak pandemi Covid-19 serta perang di Ukraina yang telah mengerek kenaikan harga bahan bakar dan pangan.
Peringatan itu disampaikan dalam laporan oleh dua lembaga makanan yang berbasis di Roma, yakni Program Pangan Dunia (WFP) dan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO).
Direktur Eksekutif WFP David Beasley mengatakan selain merugikan golongan masyarakat yang termiskin dari yang miskin, krisis pangan global mengancam akan membanjiri jutaan keluarga yang baru saja bertahan hidup.
“Kondisi sekarang jauh lebih buruk daripada selama musim semi Arab 2011 dan krisis harga pangan 2007-2008, ketika 48 negara diguncang oleh kerusuhan politik, kerusuhan dan protes,” kata Beasley dalam sebuah pernyataan dikutip dari AP, Selasa (7/6/2022).
Dia menyebut, krisis pangan hanya puncak gunung es yang terjadi di Indonesia, Pakistan, Peru, dan Sri Lanka. Laporan tersebut menyerukan tindakan kemanusiaan yang mendesak untuk membantu titik panas kelaparan di mana kelaparan akut diperkirakan akan memburuk selama beberapa bulan ke depan.
Badan-badan PBB juga memperingatkan bahwa perang di Ukraina, yang diserbu oleh Rusia pada Februari, telah memperburuk harga pangan dan energi yang sudah naik di seluruh dunia.