REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Indofarma Tbk (INAF) optimistis dapat membukukan kinerja positif sepanjang 2022. Emiten farmasi BUMN ini menargetkan bisa mencetak laba bersih Rp 45,22 miliar, berbalik dari tahun lalu yang mencatatkan rugi bersih Rp 37,57 miliar karena penerapan kebijakan akuntansi PSAK 71.
Selain itu, tahun ini Perseroan juga menargetkan pendapatan sebesar Rp 2,67 triliun. Untuk mencapai target-target tersebut, Perseroan akan lebih fokus dalam pengembangan alat kesehatan dan herbal. Perseroan juga tetap melakukan pengembangan farma.
"Perseroan akan mendorong penjualan alat kesehatan dengan berbagai mekanisme seperti skema trading melalui anak usaha PT Indofarma Global Medika, original equipment manufacturer (OEM), hingga manufaktur," kata Direktur Utama INAF Arief Pramuhanto dalam keterangannya dikutip, Senin (6/6/2022).
Arief mengatakan produk alat kesehatan tersebut nantinya akan dipasarkan melalui kerja sama dengan rumah sakit baik milik pemerintah, swasta, dan klinik berupa skema kerja sama operasi (KSO) dalam hal pengadaan alat kesehatan yang memang padat modal dan teknologi. Pengadaan alat kesehatan melalui kerja sama operasional ini akan lebih terjangkau bagi rumah sakit.
Pada kuartal pertama 2022, secara konsolidasi Perseroan berhasil mencatatkan Penjualan Bersih sebesar Rp 339,03 miliar, mencapai 72,90 persen dari angka RKAP Tahun 2022. Penjualan bersih ditopang oleh penjualan dari anak Perusahaan yaitu PT Indofarma Global Medika untuk produk-produk kategori, alat kesehatan, diagnostik dan lainnya, serta obat ethical dan herbal.
Kenaikan penjualan terlihat pada kelompok produk Alat Kesehatan, diagnostik dan lainnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 2,55 persen atau meningkat Rp 4,48 miliar. Selain itu, penjualan produk Over The Counter juga tumbuh sebesar 106,76 persen terhadap tahun 2021.
Namun, penjualan yang belum maksimal terutama di sektor tender Pemerintah pada kuartal I 2022 membuat Perseroan belum dapat menutupi beban penjualan, umum dan administrasi. Sehingga hal ini menyebabkan Perseroan masih mencatatkan kerugian.