Kamis 05 May 2022 19:21 WIB

PMI Manufaktur Indonesia di Posisi 51,9 pada April

Hal itu dinilai mewakili perbaikan kondisi bisnis di semua sektor manufaktur RI.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Aktivitas pegawai pabrik garmen di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). IHS Markit melaporkan, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari S&P Global tercatat di posisi 51,9 pada April.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Aktivitas pegawai pabrik garmen di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). IHS Markit melaporkan, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari S&P Global tercatat di posisi 51,9 pada April.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- IHS Markit melaporkan, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari S&P Global tercatat di posisi 51,9 pada April. Angka itu naik dari 51,3 pada Maret.

Hal itu dinilai mewakili perbaikan kondisi bisnis di seluruh sektor manufaktur Indonesia selama delapan bulan 

Baca Juga

berturut-turut. Dengan tingkat perbaikan merupakan yang tercepat sejak Januari lalu.

Output manufaktur naik pada kisaran lebih cepat pada April, didukung oleh kenaikan permintaan pelanggan. Meski sedang, kenaikan produksi adalah yang tercepat dalam tiga bulan, sementara pertumbuhan permintaan baru juga naik sejak Maret.

Permintaan asing naik solid secara  keseluruhan, meski beberapa perusahaan melaporkan, perang di Ukraina telah membebani total bisnis baru dari luar negeri. Akibat pertumbuhan bisnis baru, perusahaan manufaktur Indonesia menaikkan tingkat susunan staf pada April.

Economics Associate Director IHS Markit Jingyi Pan menjelaskan, ekspansi pada sektor manufaktur Indonesia berlanjut pada April dan pada laju lebih cepat. "Perbaikan kondisi perekonomian terlihat dari kenaikan permintaan dan produksi yang lebih kuat pada permintaan dan produksi, yaitu tanda-tanda positif," ujar Pan dalam keterangan resmi, Kamis (5/5/2022).

Hanya saja, kata dia, masalah pasokan masih ada dengan laporan waktu pemenuhan pesanan yang lebih lama meski gangguan Covid-19 berkurang pada April. Tekanan harga juga memburuk pada April yang dapat menghambat pergerakan produksi.

"Pada waktu yang sama, kepercayaan berbisnis turun tajam pada April dan sangat penting untuk memantau dampak kenaikan tekanan inflasi. Namun demikian, kenaikan aktivitas pembelian dan yang terpenting adalah ekspansi solid pada jumlah tenaga kerja terus menunjukkan kepercayaan diri dari beberapa perusahaan dalam waktu dekat," tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement